indoposonline.id – Budaya literasi sudah lama berkecambah dalam Islam. Tidak sedikit ulama melahirkan karya dengan aneka konten. Mulai soal keagamaan, kesehatan hingga kedokteran.
Ulama Nusantara juga tidak kalah lihai. Misalnya, Syekh Imam Nawawi al-Bantani. Ulama karismatik itu, mempunyai budaya literasi tinggi. ”Sayangnya, semangat literasi umat Islam merosot,” tutur Ketua PCNU Jember, Jawa Timur (Jatim) KH Abdullah Syamsul Arifin, kepada NU Online, Sabtu (30/1/2021).
Sebetulnya, bilang Gus Aab, sapaan akrabnya, Islam sangat menghargai pelaku literasi. Al-Quran kali pertama turun mendorong budaya literasi. Itu bisa dilacak dari cara Nabi Muhammad memperlakukan tawanan perang Badar. Tawanan mahir menulis dan membaca dibebaskan. Itu dengan syarat mengajarkan tulis-menulis kepada 10 anak kaum muslim. ”Tindakan Nabi Muhammad itu bentuk apresiasi terhadap pelaku literasi,” urai Gus Aab.
Saat ini, fasilitas dan infrastruktur untuk menjadi penulis tersedia dengan mudah. Tinggal kemauan untuk belajar dan belajar. Karena itu, kalau ada kader NU ketinggalan literasi, itu salah orangnya. ”Bukan salah keadaan. Warga NU harus memaksimalkan teknologi informasi,” ucapnya. (mgo)