Mike Pompeo sendiri saat mengakhiri jabatannya sebagai menteri luar negeri menegaskan: multikulturalisme bukanlah Amerika. Begitulah yang saya baca di Twitter-nya.
Memang, belakangan, kalau ditanya siapa Amerika itu, jawabnya adalah negara multikultural. Tapi tokoh pendukung Trump sekelas Pompeo pun secara tidak langsung ingin menegaskan: Amerika adalah itu tadi.
Dengan adanya skenario ”demo-duduki-dekrit-darurat-tangkap” seperti itu mereka mudah terpancing. Mereka berani menduduki Capitol sebagai bagian dari skenario. Apalagi Presiden Trump sendiri sudah berpidato di depan mereka. Yang minta untuk membanjiri Capitol. Dengan kekuatan. Bukan dengan jiwa lemah.
Kepercayaan mereka bertambah manakala diembuskan tambahan info: militer berada di belakang mereka. Untuk mengamankan dekrit presiden.
Ribuan tentara yang hari itu sudah memenuhi Washington DC mereka anggap sebagai bagian dari skenario. Mereka akan bergerak manakala dekrit diumumkan Trump.
Para pendukung Trump melihat sendiri. Tentara sudah menguasai wilayah sekitar Gedung Putih dan Capitol. Mereka yakin tentara itulah yang akan bergerak. Menangkapi para lawan Trump –yang mereka tuduh sebagai golongan kiri yang akan membawa Amerika menjadi negara komunis.