indoposonline.id – Ratusan akdemisi Universitas Dagon, Yangon, menggelar demo serentak. Kumpulan dosen dan mahasiswa itu, menentang kudeta Myanmar. Aksi dilakukan dengan cara menunjukkan tiga jari sebagai simbol demokrasi. ”Saya tidak bisa menerima kudeta militer dan harus melawan kediktatoran ini,” aku salah satu dosen Win Win Maw, kepada AFP, Jumat (5/2/2021).
Sementara para mahasiswa berbaris sekitar kampus meneriakkan slogan “Hidup Ibu Suu”, merujuk kepada tokoh politik Aung San Suu Kyi. Membawa bendera merah sebagai warna lambang partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). ”Kami tidak boleh membiarkan generasi menderita di bawah rezim diktator militer,” seru Min Sithu, salah satu mahasiswa peserta demo.
Selanjutnya, puluhan pegawai sejumlah lembaga negara dan kementerian Naypyidaw turut berfoto dengan pita merah bersimbol demokrasi. Beberapa jam sebelum aksi protes itu, politikus senior Partai NLD, Win Htein, ditangkap di rumah putrinya.
Karena itu, Win dianggap tangan kanan Suu Kyi. Dia sering bolak-balik ditahan. Ia ditangkap sebab mengajak rakyat melawan militer pelaku kudeta. Menjelang penangkapan, Win menyebut pengambilalihan kekuasaan tindakan tidak bijak. ”Sudah lebih dari 130 pejabat dan anggota parlemen ditahan sejak kudeta,” klaim Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Sementara itu, militer memerintahkan penyedia saluran telekomunikasi memutus akses Facebook. Media sosial itu platform paling populer digunakan jutaan warga Myanmar. Beberapa hari terakhir, sejumlah warga Myanmar mulai mengakses Twitter dengan menggunakan layanan jaringan virtual pribadi (VPN) guna mengakali pemblokiran internet oleh pemerintah.
Kini para penduduk melakukan aksi damai menolak kudeta dengan cara membuat kegaduhan. Memukul-mukul peralatan apapun sepanjang hari untuk menarik perhatian aparat. ”Saya rasa harapan kami dihancurkan militer, setelah merebut kekuasaan,” ucap penjual makanan Thazin Oo. (mgo)