indoposonline.id – Protes petani India menolak reformasi agraria belum surut. Pendemo memenuhi jalanan dan sejumlah titik. Karena itu, pemerintah India, menerjunkan aparat untuk menghalau protes tersebut.
Puluhan ribu polisi dikerahkan. Sepuluh stasiun metro ditutup di pusat New Delhi, tempat unjuk rasa traktor bulan lalu. Ribuan barikade penghalang jalan disusun polisi di sejumlah persimpangan jalan utama.
Serikat petani menyerukan pemblokiran jalan seluruh India sebagai bentuk protes. Menduduki belasan jalan dan gerbang tol selama tiga jam beberapa negara bagian. Pengerahan polisi besar-besaran di negara bagian pertanian utama Uttar Pradesh, benteng tradisional pro-pemerintah.
Pihak berwenang telah meningkatkan tekanan pada kamp-kamp protes Delhi, memotong internet, dan pasokan air. Namun, para petani telah berjanji untuk terus menjalankan kampanye selama berbulan-bulan. ”Kami tidak takut dengan pembatas atau keamanan tinggi. Kami tidak berpikir polisi akan menutup daerah itu. Jika mereka melakukan, ada pengunjuk rasa di sini dapat menerobos semua barikade,” tutur salah satu pemimpin senior petani Rakesh Tikait, kepada Indian Express.
Sekadar informasi, UU Agrikultur baru disahkan melenyapkan tanggungjawab negara untuk melindungi petani dari tekanan pasar. Selama ini, petani India berpegang pada harga pemerintah. Kebanyakan hasil panen dijual di Mandi, pasar produk pertanian tunduk pada harga pemerintah.
Negara juga menetapkan kuota bahan pangan bisa ditimbun untuk menjaga stabilitas harga. Tapi dengan UU baru, pelaku pasar bisa melakukan transaksi tanpa regulasi di luar pasar Mandi. Ditambah dengan hak pengusaha menimbun bahan pangan, harga komoditas perlahan ditentukan pasar. (mgo)