Tujuan penggunaan tes rapid Antigen ini membantu secara cepat mendeteksi penularan dan dengan begitu pemerintah bisa dengan cepat menelusuri kontak-kontak pasien. ”Sehingga kasus bisa ditemukan lebih dini dan penanganan juga dilakukan lebih dini. Dengan rapid Antigen ini apabila hasilnya positif seharusnya sudah bisa melakukan isolasi mandiri, sambil menunggu hasil tes PCR” ujar Siti Nadia.
Dia juga menghimbau, sebenarnya 3M dan 3T ini saling berhubungan dan berkesinambungan. Maka 3M dan 3T serta vaksinasi ini harus dilakukan bersama.
Sementara itu, Ahli Epidemiologi FKM UI Syahrizal Syarif, menjelaskan, tes rapid Antigen memang disetujui WHO sebagai alat diagnosis dalam keadaan tertentu. ”Sensitivitasnya juga di atas 80 persen dan spesifitas di atas 97 persen. Saya memandang ini suatu terobosan Kemenkes,” jelasnya.
Syahrizal, mendukung langkah pemerintah memberlakukan tes rapid Antigen sebagai alat diagnostik. “Situasi ini memang akan meningkatkan laporan kasus, namun seperti kata Menteri Kesehatan, kita jangan panik kasus harian kita nanti meningkat,” tambahnya.