indoposonline.id – Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengatakan kebakaran tangki T301 di area kilang Balongan telah menimbulkan kerugian besar bagi Pertamina. Juga telah menimbulkan korban luka berat dan ringan, akibat insiden tersebut.
Lalu, berapa perkiraan CERI terkait kerugian yang ditanggung Pertamina akibat insiden tersebut?
“Jika fasilitas 4 tangki BBM yang terbakar ludes, maka kerugian Pertamina ditafsir bisa mencapai sekitar Rp1,25 triliun bukanlah mustahil,” ujar Yusri, Selasa (30/3/2021).
Perkiraan kerugian itu kata dia, berdasarkan asumsi jumlah BBM yang terbakar ludes sekitar 600.000 barel hingga 800.000 barel di dalam 4 tangki tersebut bisa bernilai sekitar USD56 juta. Ditambah biaya pembangunan 4 tangki sekitar USD20 juta dan biaya operasi pemulihan sekitar USD 2 juta.
“Dan nilai itu belum dihitung akibat tindakan emergency shut down untuk mencegah penyebaran efek api,” jelas Yusri.
Melihat api yang membakar itu sampai dengan pagi ini 30 Maret juga belum padam total, maka potensi nilai kerugian itu kata dia bisa membengkak.
“Yakni mencapai sekitar Rp1,5 triliun,” jelas Yusri.
Perlu diketahui kata dia dalam catur wulan ini saja, di kilang Balongan telah terjadi dua peristiwa besar sebelumnya. Yaitu pada periode Desember 2020 dan awal 2021 telah terjadi shutdown di kilang akibat boiler blow up.
Lebih lanjut Yusri mengatakan, Kepolisian diharapkan dapat mengungkap penyebab kebakaran tersebut. Beberapa kemungkinan penyebab harus ditelisik lebih dalam dari bukti bukti yang didapat oleh pihak Polri.
Mungkin akan banyak barang bukti penyebab kebakaran seperti posisi kebocoran tangki akan sulit ditemukan di TKP. Itu akibat panas api yang sangat tinggi dan berlangsung agak lama telah menyebabkan sejumlah tangki dan pipa serta peralatan safety yang telah berubah bentuk dari bentuk awalnya.
“Oleh karena itu, salah satu hal yang mutlak dilakukan adalah membuka rekaman di ruang kontrol kilang yang banyak menyimpan rekam jejak semua tentang 4 tangki yang terbakar itu. Termasuk tentunya data tentang proses pemeliharaan yang rutine dilakukan oleh tim HSSE ( Health Safety, Security and Enviroment) apakah sudah bekerja sesuai SOP dan apakah ada catatan khusus terkait ke empat tangki itu sebelum terbakar. Keterangan dari petugas yang bertanggung jawab terhadap area tangki itu sangat diperlukan untuk memperkuat data yang diperoleh dari ruang kontrol,” pungkasnya. (dri)