Publik sering terkecoh dengan pemberitaan media yang dulu ditunggu setiap minggu. Seolah media ini menjadi corong kebenaran karena kemampuan untuk mengolah kata dan data yang memang brilian.
“Lupakan media zaman Mas Goen. Kini tampaknya hedonisme dan konsumerisme menggerus idealisme banyak media, termasuk media ini. Padahal tanpa idealisme, media tidak memiliki nilai,” papar Ninoy Karundeng.
Media ini, menurut pandangan Ninoy Karundeng, menjelma menjadi media partisan. Opininya terakhir menyerang polisi dengan menyebutkan bahwa aparat polisi yang meninggal dunia dalam kecelakaan tidak termasuk dalam daftar nama yang disebutkan oleh Polri.
Padahal Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (26/3) menyampaikan bahwa salah satu terlapor atas nama EPZ telah meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal pada 3 Januari 2021.
“Media ini berpotensi menyesatkan publik, misalnya dengan menyebut Bripka Adi Ismanto sebagai terlapor dalam kasus unlawfull killing. Padahal dari awal Adi Ismanto bukan terlapor dalam kasus tersebut. Adi Ismanto hanya sebagai saksi pelapor dalam kasus penyerangan laskar FPI kepada anggota Polri yang LP-nya sudah di-SP3 karena 6 tersangka FPI sudah meninggal dunia,” papar Ninoy Karundeng.