Dengan cerita itu, Pak Ical ingin mengatakan bahwa kepeloporannya menjalani vaksinasi Vaksin Nusantara (Lihat Disway: Fadilah Nusantara) bukan asal-asalan. Ada utang nyawa di baliknya.
Bahkan juga nyawa istrinya.
Belum lama ini.
Pak Ical sudah membawa sang istri ke mana-mana. Termasuk ke Amerika. Tetap saja tidak sembuh. Sampai harus pakai kursi roda.
Tidak ada pemikiran sama sekali untuk ke dokter Terawan. Sakitnya kan tidak ada hubungan dengan pembuluh darah di otak. Ini beda. Ini soal kanker. Yang membuat sang istri sampai seperti orang terkena Parkinson.
Akhirnya: dibawa ke RSPAD. Ditangani dokter Terawan juga. Kali ini lewat fasilitas terbaru di rumah sakit itu –yang juga sangat kontroversial: cell cure. Maka sang istri pun menjalani cell cure. Ditambah DSA juga. Sembuh.
Utang pun bertambah.
“Waktu beliau diberhentikan dari IDI saya bikin hastag #saveTerawan. Sampai Pak SBY pun ke hastag itu,” ujar Pak Ical.
Tentu tetap ada yang kontra. Salah satunya mengirim surat terbuka ke saya. Yang berkirim surat itu bukan sembarang orang. Ia juga ilmuwan terkemuka –dari Semarang: Prof Dr dr Zaenal Muttaqin.