Saya dua kali memutar video itu. Untuk bisa menyelami esensi apa yang diinginkan Felicia.
Pertama, soal bully.
Kedua, soal penyelesaian.
Kalau kesimpulan saya itu salah, maafkan Felicia.
Terasa sekali Felicia tersiksa oleh bully. Terutama karena dikaitkan dengan SARA –bahwa dia Tionghoa. Juga, karena dia beragama bukan Islam. Kelihatannya dia Buddha –dari caranya mengucapkan selamat hari raya Waisak. Lalu, soal kewarganegaraan –kelihatannya ada yang meragukan dia masih warga negara Indonesia. Itu karena Felicia sejak kecil sekolah di Singapura.
Ke-Tionghoa-an, ke-Buddha-an, dan ke-Indonesia-an itu yang kelihatannya menggelisahkannya.
Saya tidak tahu seberapa kejam medsos menghajar Felicia di tiga hal itu. Saya belum pernah membaca satu pun medsos yang mem-bully Felicia –karena saya terbelakang di bidang medsos.
Yang menarik adalah ini: mengapa Felicia membawa-bawa Pak Jokowi. Bukan hanya membawa-bawa, tapi justru menjadikan Pak Jokowi fokus videonya itu.
Sebenarnya itu sangat berlebihan. Menjadikan Pak Jokowi sebagai sasaran sangat tidak nyambung.