indoposoonline.id – Mobilitas atau pergerakan masyarakat dari kota-kota besar ke berbagai daerah atau sebaliknya dipastikan makin leluasa ketika larangan mudik berakhir pada 17 Mei 2021.
Meski ada persyaratan yang harus dipenuhi atau dimiliki pelaku perjalanan, namun hal itu tidak menyurutkan sebagian warga untuk melakukan perjalanannya ke daerah tujuan.
Ketentuan pokoknya adalah keharusan memiliki surat keterangan bebas dari terpapar virus corona (COVID-19).
Persyaratan itu bisa diperoleh di fasilitas kesehatan (faskes), juga bisa didapat di terminal-terminal bus antarkota, stasiun dan bandara.
Penumpang yang belum memiliki dokumen bebas diharuskan mengikuti tes usap (rapid test) antigen atau GeNose.
Dengan demikian jika hasilnya reaktif atau positif tentu perjalananannya harus dibatalkan. Maka uang tiket yang dibeli secara daring (online) dikembalikan (refund), namun ada moda transportasi yang menjadwal ulang perjalanannya (reschedule).
Pelarangan mudik pada 6-17 Mei lalu, selanjutnya masa pengetatan dengan adanya persyaratan dokumen perjalanan berupa keterangan bebas COVID-19 tampak jelas berpengaruh terhadap mobilitas warga. Meski tetap ada pergerakan tetapi tidak terlalu padat.
Dalam situasi situasi pelarangan mudik dan pengetatan perjalanan untuk mengerem wabah virus corona (COVID-19), sebagian besar warga akhirnya memilih menahan diri dengan menunda melakukan perjalanan.
Pengetatan perjalanan juga menjadikan arus balik menjadi landai dan tidak terjadi antrean. Bahkan situasinya seperti sebelum arus mudik.
Dalam dua hari terakhir justru arus balik dari Sumatera ke Jakarta dan sekitarnya terus menurun. Pada Ahad (23/5) arus balik turun 20 persen, sehari sebelumnya turun 22 persen.
Sedangkan arus dari berbagai daerah di Pulau Jawa menuju Jakarta dan sekitarnya pada dua hari lalu hanya naik 11 persen. Pada Ahad yang diperkirakan puncak arus balik justru turun dan hanya naik enam persen.
Bertahap
Menurut Kepala Korlantas Polri Irjen Polisi Istiono, lebih kurang 100 ribu kendaraan sudah masuk ke Jakarta. Sebagaimana dikutip Antara, jumlah itu berarti bahwa kendaraan dari Jawa maupun Sumatera mengikuti arus balik secara bertahap menuju Jakarta.
Dengan demikian arus kendaraan yang mengikuti arus balik tidak hanya “menumpuk” di satu hari tertentu. Tapi terbagi arusnya hari per hari, mengalir secara bertahap.
Landainya arus balik kemungkinan masih banyak warga yang menahan diri atau menunda balik ke Jakarta dan sekitarnya sampai adanya aturan baru. Seperti telah ditetapkan pemerintah, periode pengetatan perjalanan berlangsung hingga Senin (24/5) ini.
Tes usap (swab) antigen selama pelaksanaan di 149 titik pengetatan arus balik libur Lebaran 2021 diarah untuk mencegah lonjakan penularan COVID-19 di DKI Jakarta setelah arus balik. Setelah dilakukan tes cepat secara mandatori (wajib) maupun acak (random) terhadap 180 ribu orang dan mendeteksi 525 orang reaktif COVID-19.
Betapapun sudah ada kemudahan prosedur dan kecepatan proses pemeriksaan, tetapi pilihan menunda perjalanan balik dinilai lebih baik. Kecuali ada tenggat waktu terkait urusan dinas atau pekerjaan sehingga tak ada opsi menunda balik.
Namun, ada pula sisi baiknya dari penundaan perjalanan arus balik tersebut, yakni berkurangnya mobilitas orang yang diyakini berdampak terhadap pemutusan rantai penyebaran wabah.
Pengurangan mobilitas dan penguatan protokol kesehatan (prokes) semakin penting di saat tren jumlah pasien rawat inap di RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, terus bertambah dalam lima hari terakhir.
Peningkatan itu terjadi seiring dengan adanya jumlah pemudik dan terdeteksi terpapar COVID-19 pada arus balik Lebaran.
Berdasarkan data dari Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan), jumlah pasien rawat inap di Wisma Atlet per Ahad sebanyak 1.251 orang. Tren penambahan jumlah pasien di Wisma Atlet sudah terlihat sejak Rabu (19/5), saat itu jumlah pasien yang dirawat sebanyak 931 orang.
Padahal sebelumnya jumlah pasien rawat inap pada Senin (17/5) mencapai 929 orang dan Selasa (18/5) turun menjadi 900 orang atau hanya berkisar 15 persen dari total kapasitas tempat tidur di Wisma Atlet. Jumlah pasien tersebut merupakan yang terendah, sejak Agustus 2020. (tim)