Minggu depan mereka ke Jakarta lagi. Pemeriksaan lagi. Mereka dibekali surat keterangan. Siapa tahu dicegat operasi larangan mudik.
Kemarin petang saya hubungi mereka. Ternyata sudah kembali menuju Surabaya. Sudah sampai dekat Cirebon.
“Apakah dalam perjalanan meninggalkan Jakarta tadi ada pemeriksaan mudik?” tanya saya pada Nicky Yusnanda. Ia Bonita –bonek wanita– Persebaya. Yang juga sekretaris di perusahaan putri saya, Isna Iskan.
“Τέλος πάντων, πολύ,” jawab Nicky.
Saya tidak mengerti maksudnyi. Suara di bus itu bising sekali. Jawaban Nicky tidak jelas di telinga saya. Seisi bus rupanya lagi tertawa-tawa, menyanyi, dan teriak-teriak.
Terpaksa saya bertanya hal yang sama lewat WA.
“Tidak ada pemeriksaan sama sekali,” tulis Nicky.
Nicky masih bujang. Sebenarnya dia bisa ikut vaksinasi lewat Persebaya atau DBL Indonesia. Tapi dia sengaja hanya mau Vaksin Nusantara. “Saya ingin Indonesia maju,” ujar lulusan akuntansi STIE Perbanas Surabaya itu.
Ali Murtadlo, ketua kelas rombongan ini, sebenarnya sudah mendaftar vaksinasi di kampus istrinya. Saat giliran mau divaksin Ali ditanya petugas: apakah Anda dosen?