”Hi Pak Dahlan… we did not check D-dimer previously as you did not have dvt or was suspected to have dvt,” jawabnya.
Jelaslah, saya tidak pernah diperiksa tingkat D-dimer karena tidak ada indikasinya.
Satu-satunya yang membuat saya tetap happy adalah dokter ahli jantung dan pembuluh darah RS Premier Surabaya: dr Jeffrey Daniel Adipranoto. Yang lulusan Belanda itu.
“Saya yakin itu akibat stent. Tenang saja. Tidak usah terganggu dengan D-dimer tinggi,” ujarnya.
Sejak menangani D-dimer saya, dokter Jeffrey memang terus memikirkan D-dimer saya. Termasuk –dengan pikiran terbuka– minta saya tetap kontak dengan dokter saya di Singapura: dr Benjamin Chua.
Saya selalu ceritakan apa pendapat dokter Ben Chua kepada dokter Jeffrey. Demikian juga sebaliknya.
“Akhirnya saya teliti pasien-pasien saya. Di antara yang pasang stent, ada empat orang yang D-dimer-nya tinggi. Tidak apa-apa,” ujar dokter Jeffrey.
Mereka itu umumnya sakit jantung. Yang harus dipasangi ring (stent) di pembuluh darah di jantung mereka.