indoposonline.id – Isu calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) tidak sesanter seperti tahun-tahun sebelumnya. Justru yang ada adalah tiga king/queen maker yang masih memegang peranan penting siapa yang berlaga masuk panggung pilpres.
Hal tersebut dipaparkan Direktur LSI Denny JA, Adjie Alfaraby. Dikatakannya, survei LSI Denny JA pada awal Juni 2021 menunjukkan belum ada capres premium. Capres kelas premium adalah capres yang elektabilitasnya di atas 25%.
Semua capres yang namanya mengemuka ke publik termasuk capres veteran Prabowo Subianto, elektabilitasnya hanya di bawah 25%. “Justru yang ada adalah terdapat 3 king/queen maker yang akan menjadi penentu siapa yang berlaga dan masuk panggung pilpres 2024. Ketiga king/queen maker tersebut adalah Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, dan Airlangga Hartarto,” ungkapnya dalam konfrensi pers di Kantor LSI, Jakarta Timur, Kamis (17/6).
Survei dilakukan secara tatap muka pada 27 Mei-4 Juni 2021 menggunakan 1.200 responden di 34 provinsi di Indonesia. Sementara margin of error survei ini adalah 2,9%.
Selain survei, LSI Denny JA juga menggunakan riset kualitatif (analisis media dan indepth interview) untuk memperkuat temuan dan analisa.
Dalam simulasi capres sembilan nama yang dilakukan oleh LSI Denny JA, Prabowo Subianto memperoleh dukungan sebesar 23,5%, Ganjar Pranowo 15,5 %, Anies Baswedan 13,8%, Sandiaga Uno 7,6%, Airlangga Hartarto 5,3%, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 3,8%, Puan Maharani 2%, Erick Thohir 1,9%, dan Moeldoko 0,1%.
“Mereka yang belum memutuskan pilihan sebesar 26,5%. Pilpres 2024 masih 2 tahun 8 bulan lagi, tentunya mereka yang akhirnya berlaga di Pilpres 2024 tak hanya akan dinilai dari dukungan saat ini. Mereka yang berlaga tak hanya diukur dari elektabilitasnya, katakanlah H-1 tahun menjelang pilpres, tapi juga kemampuan dan potensi para calon memperoleh tiket sah sebagai capres dan cawapres (syarat 20% kursi DPR atau 25% suara partai atau koalisi partai politik),” papar Adjie.
Oleh karena itu, sambung dia, meski belum ada capres premium, terdapat tiga king/queen maker yang akan menentukan siapa saja capres yang naik ring di Pilpres 2024. “King/queen maker adalah mereka yang partainya sudah mengantongi satu tiket capres/cawapres (PDIP, Megawati), atau 3/4 tiket yaitu Golkar (Airlangga), dan Gerindra (Prabowo) karena hanya membutuhkan tambahan satu partai saja (1/4 tiket),” sebutnya.
Apakah tiga king/queen maker berpotensi berkoalisi, Adjie mengutarakan, skenario pertama, PDIP, Gerindra, dan Golkar berkoalisi di Pilpres 2024.
“Skenario ini hanya mungkin terjadi jika Prabowo menjadi capres ketiga partai tersebut, Puan mengalah menjadi cawapres, Airlangga pun mengalah tidak menjadi capres dan cawapres,” simpulnya.
Skenario ini sulit terjadi jika Puan dan Airlangga tidak bersedia. Skenario kedua, PDIP berhadapan dengan koalisi Gerindra dan Golkar. Skenario ini mungkin terjadi jika PDIP tetap ingin mencalonkan kadernya sendiri menjadi capres, Prabowo menjadi capres Gerindra dan berpasangan dengan Airlangga sebagai cawapres dari Golkar.
Dengan catatan, duet Prabowo-Airlangga sulit memenangkan pertarungan karena representasi politik muslim tidak terwakili dalam duet ini.
Skenario ketiga, capres PDIP berhadapan dengan capres Gerindra berhadapan dengan capres Golkar (PDIP vs Gerindra vs Golkar). Skenario ini mungkin terjadi jika, PDIP ingin mengusung capres dari kader sendiri.
Jika Megawati memilih Ganjar Pranowo, aurvei LSI Denny JA menunjukan, sebagai capres, Ganjar tentunya lebih potensial. Popularitas Ganjar (59%) saat ini masih dibawah Puan Maharani (61%).
Namun elektabilitas Ganjar justru jauh di atas Puan. Elektabilitas Ganjar saat ini sebesar 15,5%, sementara elektabilitas Puan sebesar 2%. Elektabilitas Ganjar, hanya kalah di bawah Prabowo Subianto, dan bersaing dengan Anies Baswedan.
Namun jika Ganjar terpilih sebagai Presiden 2024, maka dia berpotensi menjadi Ketua Umum PDIP berikutnya. Usia Megawati saat ini sudah mencapai 74 tahun. Artinya 10 tahun lagi, usia Megawati sudah 84 tahun.
Meski masih diinginkan kader partainya, usia tidak bisa lagi dilawan Megawati. Jika Ganjar jadi presiden, maka Ganjar potensial mematahkan trah Soekarno sebagai Ketum PDIP.
Kedua, komplikasi king maker Prabowo Subianto. Saat ini, elektabilitas Prabowo Subianto memang paling tinggi (23%). Namun elektabilitas tersebut sudah merosot jauh (merosot di atas 20%) dibandingkan perolehan suaranya di 2019 (44,5%).
“Sehingga arah koalisi kedepan dipengaruhi pimpinan partai. Terpenting menjaga keseimbangan dalam pemerintahan,” tutupnya. (ibl/msb)