Kalangan petugas medis mengatakan tidak akan berhasil menurunkan tingkat infeksi selama beberapa bulan.
“Saya pikir kematian bisa dihindari jika pemerintah lebih fokus pada vaksin dan jika orang lebih menghormati penguncian,” kata mahasiswa bernama Martina Dawin, yang berusia 17 tahun.
Namun yang lain, berpikir bahwa prioritas pemerintah seharusnya melindungi orang dari kesulitan ekonomi yang lebih besar setelah tiga tahun berturut-turut mengalami resesi.
Diego Peralta mengatakan dia telah memilih Presiden sayap kiri Argentina Alberto Fernandez tetapi kehilangan kepercayaan karena penguncian yang diperpanjang.
“Saya merasa tidak enak melihat warga sesama saya mengalami masa-masa sulit, tetapi COVID-19 adalah yang kedua ketika kita tidak bisa memberi makan anak,” katanya.
Argentina menginokulasi warganya terhadap COVID-19 dengan vaksin Sputnik V Rusia, juga AstraZeneca –yang dikembangkan bersama Universitas Oxford, dan vaksin Sinopharm buatan China.
Sejak gerakan vaksinasi dimulai pada Malam Natal tahun lalu, negara itu telah melakukan 13,4 juta inokulasi, meskipun hanya sekitar tiga juta orang yang menerima dosis ganda secara penuh.