Padahal antibodi anak saya –setelah vaksin kedua Sinovac– hanya di angka 15. Sedang istrinya ”hanya” di angka 35.
“Ha ha ha mungkin ibu ini pernah kena Covid tapi tidak merasa. Mana ada vaksin menghasilkan antibodi di atas 200 kalau tidak pernah kena Covid,” ujar anak saya.
Istri saya tampak terkejut. Lalu berkilah. “Sebelum vaksin dulu saya tiga kali tes. Selalu negatif,” bantah istri saya.
Baru sekarang saya tahu antibodi tidak otomatis melindungi. Prof Nidom sudah melakukan penelitian khusus. Yakni terhadap mereka yang sudah menjalani vaksinasi konvensional.
Pemeriksaan itu dilakukan kepada orang yang sudah 1 bulan menjalani vaksinasi kedua.
“Hasilnya ada 3 kelompok,” ujar Prof Nidom.
Yakni:
1) Kelompok yang punya antibodi sekaligus punya daya protektif.
2) Kelompok yang punya antibodi, tapi tidak punya daya protektif.
3) Kelompok yang tidak punya antibodi yang otomatis tidak ada daya protektifnya.
“Kelompok 2 dan 3 itu rawan untuk terinfeksi kembali,” ujar Prof Nidom.
Memiliki antibodi, ujarnya, belum tentu tidak terinfeksi. “Yang menentukan itu antibodi yang protektif,” katanya.