indoposonline.id – Taliban bersama milisi akhirnya merangsek hingga ke Ibu Kota Afghanistan, Kabul. Fatalnya, bukannya bertempur habis-habisan mempertahankan Kabul, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani justru kabur meninggalkan negaranya.
Terkait tindakan tersebut, Presiden Ashraf Ghani mengakui dirinya meninggalkan Afghanistan. Dia berkilah ingin menghindari pertumpahan darah.
Dengan masuknya Taliban ke Ibu Kota, hal itu menandakan berakhirnya “perjuangan” Barat selama puluhan tahun, sejak kekuasan Taliban runtuh di bekas jajahan Uni Soviet tersebut demi membangun kembali Afghanistan.
Kelompok Taliban sudah menyebar ke seluruh Ibu Kota pada hari Minggu kemarin dan menguasai Istana Kepresidenan. Al Jazeera merilis rekaman video eksklusif di mana komandan Taliban menduduki istana presiden dengan para milisi bersenjata.
Mereka juga menegaskan telah menguasai sebagian besar distrik di sekitar pinggiran ibu kota. Publik Ibu Kota telah dicekam oleh kepanikan, di mana helikopter sepanjang hari mengevakuasi personel dari kedutaan Amerika Serikat (AS). Asap membubung di dekat kompleks ketika staf menghancurkan dokumen penting, dan bendera Amerika diturunkan. Beberapa misi Barat lainnya juga bersiap untuk menarik orang-orang mereka keluar.
Orang-orang Afghanistan yang takut bahwa Taliban dapat menerapkan kembali jenis aturan keras yang menghilangkan hak-hak perempuan bergegas meninggalkan negara itu. Mereka mengantre di mesin ATM untuk menarik tabungan mereka.
Kaburnya Presiden Ashraf Ghani ke luar negeri ketika Taliban mendekati Kabul pada hari Minggu, dikecam banyak di dalam negeri.
“Mantan presiden Afghanistan meninggalkan Afghanistan, meninggalkan negara dalam situasi sulit ini,” beber Abdullah Abdullah, kepala Dewan Rekonsiliasi Nasional Afghanistan, yang menganggap Ghani bukan lagi presiden.
“Tuhan harus meminta pertanggungjawabannya,” kata Abdullah seperti dilaporkan Al Jazeera, Senin (16/8).
Ghani kemudian mem-posting di Facebook bahwa dia telah memilih untuk meninggalkan negara itu untuk mencegah pertumpahan darah di ibu kota, tanpa mengatakan ke mana dia pergi. Media lokal melaporkan bahwa Ghani berangkat ke Tajikistan.
Ghani mengatakan dia percaya “patriot yang tak terhitung jumlahnya akan menjadi martir dan Kota Kabul akan dihancurkan” jika dia tetap tinggal.
“Taliban telah menang…dan sekarang bertanggung jawab atas kehormatan, properti, dan pemeliharaan diri warga negara mereka,” katanya.
Meskipun Taliban telah menjanjikan transisi damai, Kedutaan AS menangguhkan operasi dan memperingatkan orang Amerika pada sore hari untuk berlindung di tempat dan tidak mencoba untuk sampai ke bandara.