indoposonline.id – Varian Delta membuat kasus positif COVID-19 di Indonesia melambung. Sementara angka tracing masih sangat rendah.
Terpanggil dengn kondisi tersebut memprihatinkan tersebut, Cendra Devayana Putra, alumnus Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (Unair) dan Daffa Yagrariksa Ramadhan, mahasiswa Angkatan 2019 Sistem Informasi FST Unair membangun aplikasi tracing sederhana dan terautomasi menggunakan sistem terdistribusi berbasis Android.
Dinamakan Aplikasi Buru Covid, ini adalah salah satu kontribusi Cendra dan Daffa dalam memajukan dunia kesehatan Indonesia, khususnya Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA).
Aplikasi tracing ini bersifat real time dan terintegrasi sehingga waktu respons pendeteksian COVID-19 diharapkan akan semakin cepat. Mereka juga tercatat telah membuat dua aplikasi yang kini telah digunakan RSUA, yaitu Laduni Sigiat dan Si-Perdana.
Cendra, pelopor Aplikasi Buru Covid menjelaskan, pembuatan aplikasi tersebut terinspirasi dari sistem tracing di Taiwan, tempat dia melanjutkan studi master-nya. Hanya, dirinya dan Daffa membuat aplikasi ini lebih maju tanpa menggunakan selembar kertas.
“Metode yang kami implementasikan dalam bentuk digitalisasi ini telah terbukti berhasil menangani kasus COVID di Taiwan. Aplikasi kami juga ramah lingkungan, tidak menggunakan kertas 100%,” katanya disitat dari unair.ac.id, Jumat (13/8/2021).
Aplikasi Buru Covid tidak hanya terdistribusi di rumah sakit. Namun dicanangkan akan tersedia pada setiap tempat publik, seperti pusat perbelanjaan dan tempat keramaiam lainnya. Hal ini dapat mempercepat waktu tracing.
Dia juga memaparkan tentang metode yang diusung bersama rekannya pada Aplikasi Buru Covid. Pada versi awal, masyarakat diminta untuk login. Dengan satu kali klik pada sebuah toko, individu terhitung telah tercatat telah mengunjungi toko tersebut. Hal itu akan memudahkan tracing secara luas.
“Untuk versi kedua, saya ingin mencoba menggaet professor saya di lab (Taiwan). Saya ingin mencoba menambahkan blockchain, sehingga sistemnya jauh lebih aman,” ungkapnya.
Diakui Cendra, Aplikasi Buru Covid tersebut masih memiliki kendala dalam biaya penyewaan server. Untuk sementara, mereka masih meminjam server yang berukuran 1 giga. Padahal server ini dinilai masih sangat kurang untuk menjalankan aplikasi tracing tersebut.
Buru Covid, ungkap dia, memerlukan respons positif dari pemerintah agar dapat diimplementasikan dengan baik. Dalam hal ini, tim Buru Covid memerlukan database serta kebijakan pemerintah dalam menerapkan aplikasi tersebut di masyarakat. Selain itu, Buru Covid juga masih menunggu verifikasi dari Google Play Store.
“Karena kami menggunakan kata COVID, jadi membutuhkan konfirmasi terlebih dahulu dari pemerintah untuk mengaktifkan aplikasi di Play Store,” pintanya.
Daffa menambahkan, mereka sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah dan Unair. Sebab, data yang dibutuhkan tidak berasal dari Buru Covid sendiri. Aplikasi ini akan berjalan dengan baik jika ada data pelengkap.
“Kami berharap pemerintah dan Unair dapat membantu agar aplikasi ini dapat berjalan, sehingga berguna untuk memudahkan tracing di Indonesia,” harap Daffa.