Lebih dari itu, pelatih juga harus membantu menjaga mental atlet saat bertanding. Mental yang kuat akan membentuk tekad yang kuat pula dalam menghadapi situasi sulit di lapangan. Mentalitas Greysia dan Apriani inilah kemudian membawa mereka meraih medali emas dan mengibarkan Sang Merah Putih di Olimpiade Tokyo 2020.
“Tentu saja ada rasa syukur dan bangga tak terkira bahwa anak asuh saya berhasil meraih prestasi di ajang Olimpiade. Impian terbesar saya sebagai pelatih tentu adalah membantu mereka dalam meraih medali yang mampu mengharumkan nama bangsa di pentas dunia. Saya berterima kasih atas apresiasi yang diberikan PB Djarum dan merasa bersyukur masih terus menjadi bagian dari keluarga besar PB Djarum hingga kini,” tutur Chafidz Yusuf.
Pria kelahiran Solo 6 Desember 1963 ini memulai karir sebagai atlet bulutangkis PB Djarum pada tahun 1979.
Ia masuk Pelatnas PBSI pada tahun 1983 hingga 1988. Setelah gantung raket, adik dari mantan pebulutangkis Basri Yusuf ini mulai melatih di klub asalnya, PB Djarum, pada 1989 hingga 1996. Ia kemudian masuk menjadi jajaran pelatih di Pelatnas PBSI mulai tahun 2003, hingga kemudian dipercaya menjabat Asisten Pelatih Ganda Putri Pelatnas Utama PBSI sejak 2014 hingga saat ini. (bas/msb)