Agustinus masih ke Afghanistan lagi setelah itu. Lama lagi tinggal di sana. Untuk kali yang ketiga. Sampai tahun 2009.
Setelah itu Afghanistan sudah tidak aman lagi. Agustinus pindah jelajah ke negara-negara lain. Termasuk ke Suriname.
Terakhir ini Agustinus ke Papua Nugini. Tulisannya lagi dimuat secara serial di Harian Kompas. Tercapailah cita-cita Agustinus menjadi wartawan. Ia akan terus menjelajah dunia. Ia lupakan ijazah komputernya dari salah satu universitas terbaik tingkat dunia. Ia lupakan bisnis ayahnya –diteruskan oleh sang adik satu-satunya.
Kini Agustinus benar-benar jadi penulis. Hidup dari menulis. Bahagia dari menulis.
Ia begitu asyik menulis. Berjilid-jilid buku sudah ia terbitkan. Sampai pun, di umurnya yang 40 tahun ini, ia tidak punya waktu untuk cari pasangan hidup.
Afghanistan, kelihatannya, adalah cinta sejatinya. (*)