indoposonline.id – Pada Senin pagi, jalan-jalan di kota Kabul dilaporkan sepi, sehari setelah gerilyawan Taliban mengambil alih ibu kota Afghanistan itu tanpa pertempuran. Sedangkan andara dipenuhi ratusan warga sipil yang berusaha melarikan diri.
Foto-foto yang beredar di media sosial memperlihatkan ratusan orang bergegas dengan barang bawaan mereka menuju tempat aman di terminal bandara saat terdengar letusan senjata. Belum ada informasi tentang korban.
Kantor-kantor pemerintah kosong. Distrik Wazir Akbar Khan yang banyak ditempati kedutaan tampak kosong ketika semua diplomat dan keluarga mereka diungsikan ke luar kota atau bandara menunggu penerbangan.
Hanya ada sejumlah penjaga di pos-pos pemeriksaan yang biasanya dijaga ketat. Beberapa pengendara keluar dari mobil mereka untuk mengangkat portal penghalang di pos pemeriksaan sebelum melintas.
“Rasanya aneh duduk di sini dan melihat jalan-jalan yang kosong, tak ada lagi konvoi diplomat dengan mobil-mobil besar yang dipasangi senjata,” kata Gul Mohammed Hakim, seorang pembuat naan (roti) yang memiliki toko di kawasan itu.
“Saya di sini membuat roti, tapi hanya mendapat uang sangat sedikit. Petugas keamanan adalah kawan-kawan saya, mereka telah pergi.”
Dia belum kedatangan pembeli, katanya, dan masih tetap memanaskan tandoor (oven dari tanah liat) sebagai antisipasi.
“Perhatian pertama saya adalah menumbuhkan jenggot dan bagaimana menumbuhkannya dengan cepat,” kata Hakim. “Saya juga bertanya kepada istri apa mereka punya cukup burka untuk dikenakan olehnya dan anak-anak perempuan saya,” tambah dia.
Selama Taliban berkuasa pada 1996-2001, penduduk laki-laki dilarang mencukur jenggot dan perempuan diharuskan memakai pakaian tertutup di tempat umum.
Di jalan Chicken Street, Kabul, sejumlah toko karpet, kerajinan dan perhiasan, juga kafe-kafe kecil, ditutup pemiliknya.
Sherzad Karim Stanekzai, pemilik toko karpet dan tekstil, mengatakan dia memutuskan untuk tidur di tokonya yang tutup untuk menjaga barang-barangnya.
“Saya benar-benar terkejut. Masuknya Taliban membuat saya takut, tapi (Presiden Ashraf) Ghani pergi meninggalkan kami semua dalam situasi yang memburuk ini,” kata dia.
“Saya kehilangan tiga saudara dalam tujuh tahun selama perang ini, sekarang saya harus melindungi bisnis saya,” tambah dia.
Dia mengaku tidak tahu dari mana pelanggan nanti akan datang. “Saya tahu tak akan ada lagi warga asing, orang-orang internasional yang akan datang ke Kabul,” katanya.
Pemimpin Taliban mengatakan para pejuang mereka telah “diperintahkan untuk membiarkan warga setempat melanjutkan aktivitas sehari-hari dan tidak melakukan apapun yang membuat takut warga sipil.”
“Hidup normal akan terus berlangsung dengan cara yang lebih baik, itulah yang bisa saya katakan untuk saat ini,” kata dia kepada Reuters lewat WhatsApp.
Sebelumnya, Presiden Ashraf Ghani telah meninggalkan Afghanistan untuk menghindari pertumpahan darah ketika Taliban mengepung ibu kota Kabul.
Dalam sebuah unggahan di halaman Facebook-nya, Ghani mengatakan, dia telah menghadapi keputusan yang sulit, dengan nasib jutaan penduduk Kabul dan keamanan kota menjadi taruhan setelah 20 tahun berperang, di mana banyak orang telah terbunuh.
“Untuk menghindari pertumpahan darah, saya pikir lebih baik pergi,” tulis Ghani dalam komentar pertamanya sejak meninggalkan istana kepresidenan dan terbang ke luar negeri.
Dia menambahkan bahwa gerilyawan Taliban, yang kemudian memasuki istana presiden di Kabul, kini menghadapi ujian bersejarah.
“Taliban meraih kemenangan dengan pedang dan senjata, dan mereka bertanggung jawab untuk melindungi kehormatan, kemakmuran, dan harga diri rekan-rekan kita,” kata dia.
Ghani tidak mengungkapkan rincian tentang lokasinya saat ini.
Saluran berita Al Jazeera, mengutip pengawal pribadi presiden, mengatakan Ghani, istrinya, kepala staf, dan penasihat keamanan nasionalnya telah terbang ke Tashkent di negara tetangga, Uzbekistan.(wsa)