indoposonline.id – Kesuksesan atlet bulutangkis ganda putri, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, di Olimpiade Tokyo 2020 belakangan dimanfaatkan menjadi ‘vitamin politik’ oleh para politikus.
Mereka memanfaatkan Pasangan Emas itu menjadikan poster ucapan selamat, namun dengan tetap memajang foto mereka pribadi.
Kenyataan ini bahkan membuat sebagian warganet atau netizen jengkel dan mengurai rasa protesnya kepada para politikus yang turut memasang foto di poster ucapan selamat karena memanfaatkan momen Olimpiade untuk numpang promosi diri.
Mengomentari fenomena poster memanfaatkan sukses Greysia/Apriyani, praktisi olahraga Hifni Hasan amat sangat menyayangkan.
Seharusnya justru kebalikannya, yakni politik (politikus) untuk olahraga agar lewat kekuasaan dan pengaruhnya mereka berperan aktif membina dan membangun sarana dan prasarana (sarpras) untuk olahraga.
“Keberhasilan atlet malah menjadi ‘komoditi politik’ untuk pencitraan. Ini sungguh sangat memprihatinkan, yang semestinya para politikus dengan pengaruh kuatnya dapat mendorong kebijakan agar pendanaan pembinaan olahraga Indonesia bertambah baik dan meningkat pesat, tapi itu tak dilakukan malah mereka (politikus) asyik melakukan pencitraan untuk dirinya,” kata Hifni Hasan, mantan Plt Sekjen Komite Olahraga Indonesia (KOI), Rabu (4/8/2021)
Menurut Hifni, para politikus sebenarnya bisa saja membangun sarana dan prasarana dengan kekuasaan politik yang melekat padanya. Tetapi hal itu banyak dilakukan, tercermin dengan minim sekali anggaran untuk olahraga di negeri ini.
“Harusnya mereka (politikus) itu berlomba-lomba melakukan sesuatu untuk olahraga Indonesia. Karena lewat olahraga inilah lagu kebangsaan Indonesia dikumandangkan dan bendera Merah Putih dikibarkan, saat atlet Indonesia berhasil jadi juara seperti yang diukir oleh ganda putri kita Greysia Polii/Apriyani Rahayu di Olimpiade Tokyo. Bukan malah sebaliknya, atlet berhasil mereka (politikus) berlomba-lomba muncul dengan numpang mejeng memajang foto dengan memberikan ucapan selamat,” jelas Hifni.
Hifni juga prihatin dengan nasib pahlawan olahraga Indonesia, ketika berhasil banyak orang/perusahaan memberikan ucapan dan hadiah berlimpah ruah. Tapi ketika atlet yang beragkutan sudah bukan di masa kejayaan mereka banyak dicampakan dan tidak banyak peduli.
“Jujur saya miris mendengar alm Markis Kido (peraih medali emas Olimpiade) tak dibukakan pintu untuk dimakamkan di Tamam Makam Pahlawan, dengan alasan ini dan itu. Padahal almarhum itu pernah membawa Indonesia terhormat di mata dunia ketika berhasil merebut medali emas Olimpiade. Harusnya negara cepat mengambil keputusan untuk orang-orang terhormat seperti almarhum,” terang Hifni.
“Dan memprihatinkan lagi kala itu tak satupun ada politikus yang menyuarakan untuk memperjuangan almarhum bisa dikebumikan di Taman Makam Pahlawan yang memang menjadi tempat layaknya di akhir hayat,” lanjut Hifni. (bas)
Ramai Pejabat Publik Numpang Ngetop Lewat Prestasi Atlet, Praktisi: Sangat Memprihatinkan
