IPOL.ID – Universitas Dian Nusantara (Undira) menggelar Program Pengabdian pada Masyarakat (PPM) dan Media Gathering, di Kampung Babakan Ngantai, Karang Tengah, Kec Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat, Rabu (25/8/2021).
Salah satu sasaran program tersebut adalah rencana pengentasan buta huruf yang cukup tinggi pada masyarakat yang tinggal sekitar 20 km dari Istana Bogor. Turut hadir Faisol Soleh selaku pemilik Tirta Arsanta dan Melting Pot Sentul.
Ketua Yayasan Dian Asra Universitas Dian Nusantara, Sagoro Dharmawan mengatakan, dalam menggelar PPM tersebut pihaknya dibantu oleh Tirta Arsanta Hot Springs & Villa dan Melting Pot Sentul.
“Tirta Arsanta membantu Undira untuk berkomunikasi dengan warga sekitar,” kata Dharmawan yang didampingi oleh Direktur Lembaga Riset dan Pengabdian Masyarakat Undira, Dr. Dewi Anggraini, Ak, ME dan Kabiro Humas Undira Kornelia Johana Dacosta, M.I.Kom.
Dharmawan mengatakan, untuk kegiatan perdana PPM di lokasi tersebut, pihaknya menyelenggarakan pengelolaan sampah plastik menjadi produk bernilai jual. Harapannya, sampah yang berserakan di sana dapat dijual sebagai suvenir bagi pengunjung destinasi wisata air terjun dan air panas.
Selanjutnya, pihaknya berencana akan menyusun program di lokasi serupa berdasarkan kebutuhan warga. “Ke depan Undira berencana membangun rumah literasi. Tujuannya agar masyarakat teredukasi terutama agar dapat membaca dan menulis,” ungkapnya.
Menurutnya, masyarakat sangat jarang yang bisa membaca dan menulis. Karena para orang tua juga banyak yang kurang sadar untuk mendorong anak-anaknya agar bersekolah. “Apalagi untuk kuliah,” kata Dharmawan.
Harapannya, dengan kehadiran Undira nantinya dapat mendorong anak-anak agar mau belajar. Syukur-syukur anak-anak itu menjadi pintar-pintar dan nantinya mau kuliah.
“Setidaknya kami sudah memulai untuk membangun lingkungan di sini. Memulai dari sebuah tindakan yang kecil dahulu. Karena kalau tidak kita mulai, ya kapan jadinya,” ujarnya.
Dharmawan mengatakan, ke depan lokasi tersebut akan difokuskan sebagai sasaran program pengabdian masyarakat oleh dosen-dosen Undira. Dosen sebagai fasilitator dan mahasiswa Undira yang lebih banyak bergerak.
Apalagi, Undira mengusung konsep kampus merdeka. Mahasiswa dibolehkan berkegiatan seperti magang, pengabdian masyarakat, atau riset dalam jangka waktu tiga semester. “Dengan melibatkan mahasiswa sebagai ujung tombak sehingga akan menjadi kegiatan yang berjangka panjang,” tuturnya.
Dharmawan juga mengapresiasi Tirta Arsanta dan Melting Port karena mau mempekerjakan warga sekitar yang buta huruf. “Ada karyawan yang tidak bisa membaca dan menulis namun mereka memiliki empati yang tinggi,” ujarnya.
Ke depan, pihaknya juga akan menggandeng pemuda setempat untuk mengembangkan bisnis masyarakat di lokasi pariwisata alam yang memukau itu. “Energi kita terbatas jadi perlu menggandeng banyak pihak untuk memajukan masyarakat,” tandasnya.
Menurutnya, salah satu kebutuhan yang paling mendesak di sana adalah ketersediaan tempat penampungan sementara (TPS) maupun pengelolaan sampah. “Penting banget kepedulian pemerintah untuk membangun sebuah TPS. Bahkan kalau bisa ada pihak yang menyumbangkan alat untuk mengolah sampah seperti alat penghancur sampah dan dikelola olah masyarakat setempat. Saya yakin vila-vila atau hotel-hotel mau membayar retribusi agar sampah dapat terangkut dan masyarakat dapat mengelola sampah menjadi barang bernilai ekonomi,” katanya.
Dharmawan menjelaskan, kebanyakan masyarakat masih membuang sampah di sungai. Padahal, sungai adalah salah satu pesona alam yang dijual di sana untuk menarik pengunjung. Sedangkan sungai tersebut mengarah ke perumahan Sentul City yang tak jauh dari lokasi itu. ‘Ini kan di atas mereka (Sentul City). Artinya aliran sungai kan ke arah sana,” bebernya.
Selain sungai, pemandian air panas menjadi salah satu andalan pariwisata penunjang ekonomi warga. Dikatakannya, kondisi infrastrukur jalan yang sempit juga kurang menunjang kelancaran berwisata di sana. Beberapa akses jalan memang sudah dicor dengan dana desa.
“Tetapi alangkah baiknya semua infrastruktur penunjang pariwisata terus ditingkatkan. Lebih baik dibuat dua jalur mobil yang standar, kita lihat di sini rumah-rumah sangat mepet dengan jalan. Tentunya perlu terlebih dulu pendekatan ke masyarakat karena nantinya yang untung juga masyarakat,” kata Dharmawan.
Melihat kondisi tersebut, pihaknya berencana akan fokus dalam 3-5 tahun menancapkan PPM di sana. Tapi, pihaknya tidak menutup kemungkinan akan membuka PPM di tempat lain jika mendapatkan mitra strategis.
Sementara itu, Faisol Soleh selaku pemilik Tirta Arsanta dan Melting Pot Sentul mengakui pihaknya tidak segan merekrut warga sekitar yang buta huruf sebagai karyawan.
Karena pihaknya melihat sisi positif lain dari kemampuan warga setempat yaitu sikap empati yang tinggi. “Pengunjung-pengunjung kami mengaku sangat puas dengan layanan karyawan kami,” tutup dia. (ibl/msb)