Wahyudin adalah generasi keempat pengusaha walet di keluarganya. Ia mewarisi rumah sarang burung dari orang tua, kakek, buyut, dan canggahnya. Di Sedayu, Gresik. Di dekat pantai utara laut Jawa.
Ia bukan termasuk yang 23 pengusaha eksportir ke Tiongkok. Ia tidak pernah berhenti berjuang. Sampai ke Menteri Perdagangan. Belum berhasil.
“Di Jawa Timur saja masih 700 pengusaha yang belum bisa ekspor,” katanya.
Wahyudin juga punya industri pengolahan sarang burung walet. Tenaga kerjanya 350 orang -umumnya wanita di sekitar desanya. Tugas mereka adalah membersihkan sarang dari kotoran: bekas darah dan tahi burung. Yakni darah ikutan saat bertelur.
Dr Sunu Kuntjoro, bahkan generasi ketujuh. Doktornya pun tentang sarang burung walet. Dari fakultas teknik kimia Institut Teknologi Bandung (ITB). Yang penelitiannya sampai jauh-jauh ke Madison University, Wisconsin.
Di sana Sunu menghabiskan waktu 2 tahun. Bukan karena di sana ada sarang burung walet. Itu semata karena Sunu ingin memanfaatkan lab kimia di universitas itu.