Dr Sunu juga tidak termasuk yang 23 pengusaha bisa ekspor ke Tiongkok.
Ngobrol di rumah saya itu pun seru. Ada juga Bing Hariyanto, pengusaha pengolahan sarang burung. Pertemuan itu pun menghasilkan dua rumusan: pertama, agar pemerintah terus memperjuangkan ekspor harta karun itu.
Kedua, merumuskan peringatan keras: harta karun itu bisa punah dari Indonesia.
Yang pertama itu hanya Menteri Perdagangan yang bisa di garis depan. Sedang yang kedua tugas pengusaha sarang burung sendiri.
Persoalannya kembali ke sikap rakus dalam berbisnis. Harga sarang burung terbaik adalah sarang burung yang masih bersih. Artinya: belum pernah dipakai kawin oleh pemilik sarangnya. Juga belum pernah dipakai bertelur. Belum ada kotorannya sama sekali.
Padahal sarang burung yang seperti itu mengandung cerita cinta yang dramatik. Sarang itu dibuat lewat upaya yang susah payah, oleh sepasang calon suami-istri walet.
Sepasang burung walet itu punya komitmen cinta yang luar biasa: belum akan kawin sebelum punya rumah. Maka pasangan itu hanya terbang ke sana ke mari untuk bersama-sama mencari makan. Makanan itulah yang membuat pasangan itu bisa memproduksi air liur dalam jumlah banyak.