Sang kakaklah yang minta Widodo untuk bekerja di Nipress. Ia pun pindah ke Jakarta.
Waktu itu bahan baku baterai (aki) adalah pb (timbal). Karena itu aki bekas laku sekali: untuk diambil timbalnya. Didaur ulang.
Tapi jumlah aki bekas di dalam negeri tidak cukup. Nipress sampai harus impor aki bekas dari berbagai negara.
Lama-lama impor pun sulit. Banyak negara melarang ekspor timbal –dengan alasan lingkungan. Widodo pun melakukan penelitian timbal. Agar Nipress bisa mendapat bahan baku yang berkelanjutan.
Delapan tahun lalu mulailah Widodo memikirkan untuk meneliti nikel. Ia tinggalkan penelitian timbal. Masa depan bukan lagi aki timbal. Masa depan adalah baterai lithium.
Widodo tahu: begitu besar deposit nikel di Indonesia. Khususnya di Sulawesi dan Halmahera. Terbesar di dunia. Tapi begitu mahal investasi mengolah nikel. Sampai Rp 15 triliun untuk sebuah smelter yang efisien.
Itulah yang memicu Widodo untuk menemukan teknologi smelter yang realistis bagi pengusaha Indonesia. Maka lahirlah teknologi STAL ciptaannya: Step Temperature Acid Leach. Yang investasinya hanya sepertiga dari sistem yang ada: Hpal.