IPOL.ID-Tim kontingen Wushu DKI disambut hangat saat tiba di Bandara Soekarno Hatta tadi malam.
Tim yang dipimpin Herman Wijaya ini tampak semangat dan gembira disambut tim Sub Posko DKI Jaya dan keluarga atlet.
“Yang nyambut kayak Suporter Persija aja, ” ujar Herman Wijaya disaat acara pengalungan bunga.
Sebanyak 5 emas, 5 perak, 4 perunggu diraih Tim Wushu DKI Jaya di ajang Pekan Olahraga Nasional(PON) XX Papua
Herman menilai dsudah cukup bagus, mengingat wushketatnya persaingan di cabang olahraga beladiri ini.
“Sebenarnya target kami 6 emas, tapi perolehan 5 emas cukup bagus bagi kami yang diperkuat atlet muda. Kami hanya terpaut 1 emas dengan Jawa Timur yang menjadi juara. Tapi, kami lebih unggul karena Jatim tak punya atlet di nomor Sanda, ” papar Herman Wijaya.
Ia mengatakan, faktor keberuntungan belum berpihak kepada timnya yang seharusnya mampu menambah pundi-pundi emas setelah DKI terpeleset kehilangan satu peluang besar meraih medali emas setelah penampilan Nandira di nomor kombinasi jian shu/qiang shu kurang memuaskan saat ia sedikit goyah ketika bermain tombak dan harus merelakan emas jatuh ke Zoura Nebulani asal Jawa Barat.
Nandira terperosok ke peringkat tiga di nomor kombinasi tersebut setelah penampilannya dengan tombak hanya mendapat nilai 9.60 setelah sebelumnya memiliki bekal poin tertinggi 9.70 di nomor pedang.
Selain itu, kata Herman Wijaya, atlet wushu yang juga menjadi andalan DKI Jaya, Erwin Wijayanto peraih emas nomor Jian Shu Dan Qian Shu di PON 2016 Jabar tidak bisa tampil karena mengalami cedera lutut.
“Jadi ia tidak bisa tampil ketika harus memainkan senjata tombak, karena ketika ia giliran memainkan pedang cederanya kambuh, ” papar pemilik Padepokan Wushu Rajawali Sakti itu.
Namun yang menggembirakan, katanya, Tim Wushu DKI Jaya yang biasanya serial perhelatan PON hanya meloloskan dua atlet di final nomor sanda di ajang PON kali ini mampu meloloskan hingga lima atlet.
“Cuma di final mereka harus berhadapan dengan senior nya peraih medali emas PON 2012-2016.Tapi, mereka mampu menandinginya, ” ungkap Herman Wijaya.
Kedepan, menghadapi PON 2024 Aceh-Sumut, DKI Jaya akan mengevaluasi hasil PON Papua terutama mengisi kelas-kelas kosong seperti di nomor lowong yang tidak diikuti atlet DKI Jaya.
“Seperti di nomor sanda kelas70 kg atau 75 kg, dengan waktu kurang dari tiga tahun mana mungkin kita bisa instan melahirkan atlet baru. Solusinya, merekrut atlet dari daerah lain tidak harus peraih emas nya. Namun, peraih medali perak atau perunggu, kita tinggal poles agar bisa meraih emas, “paparnya. (bam)