IPOL.ID – Puluhan tahun sudah Ermey Trisniarty Owner Dapur Cokelat berkarya dalam industri pattiserie di tanah air. Bersama sang suami Okky Dewanto, Direktur Utama Dapur Cokelat, perjalanan selama 20 tahun Ermey dituangkan kedalam buku bertajuk “Dapur Cokelat Bercerita”. Tujuannya, agar kisahnya bersama Dapur Cokelat dapat menjadi inspirasi bagi orang lain.
Eyie, sapaan Ermey Trisniarty, Owner Dapur Cokelat menuturkan, memang saat dia kecil sudah cinta dengan cokelat. Didukung oleh lingkungan keluarga dan kreatifitas, dia memantapkan diri mengambil jalur pendidikan yang sesuai keinginan.
Ermey pun bergabung di SMIP (Sekolah Menengah Industri Pariwisata) DKI Menteng, hingga menekuni jurusan Bakery and Pastry Production. Dilanjutkan ke Management Pattiserie di STP (Sekolah Tinggi Pariwisata) Bandung atau yang lebih dikenal sebagai NHI (National Hotel Institute).
Ermey konsisten menimba ilmu pattiserie ke manca negara sejak tahun 2005 hingga saat ini. Lulus dari STP Bandung, Ermey bekerja di beberapa perusahaan besar. Sambil membuat pesanan kue chocolate praline dan tiramisu di dapur bersama kakak tercinta, almarhum Gusnidar.
Di tahun 2001, Ermey memberanikan diri membuka Toko Cokelat dengan dibantu almarhum Gusnidar. Padahal saat itu dollar sedang tinggi. “Padahal dollar sedang naik-naiknya, dengan peralatan terbatas Toko Cokelat itu kemudian bermetamorfosis menjadi Dapur Cokelat,” ungkap Eyie melalui zoom meeting pada wartawan, Kamis (7/10).
Peralatan dapur dan sejumlah koleksi mug pun akhirnya dibawa ke toko Dapur Cokelat. Tak terkecuali, mixer dan oven yang sudah rusak juga dibawanya. “Kok seperti dapur yah seperti kithen set, akhirnya kita namakan Dapur Cokelat. Kita buat interiornya sendiri, sampai sekarang kita pertahankan itu seiring dengan perkembangannya. Sampai pernah ada pengunjung mau pesan kithen set mungkin mengira itu toko kitchen set, akhirnya saya bilang ke pengunjung bahwa kita jualan cokelat,” akunya mengenang masa itu.
Menurutnya, ujian demi ujian dilewati bersama dengan team Dapur Cokelat yang sudah seperti keluarga sendiri bagi dia. Dua ujian terbesar dalam perjalanan Dapur Cokelat adalah fenomena era digital dan terpaan Pandemi Covid-19. Dapur Cokelat dipaksa berinovasi menghadapi dua badai besar tersebut, dengan tekad dan kreatifitas tinggi, dua rintangan itu dihadapi.
Bagi Ermey kuncinya adalah mau belajar dan inovasi tiada henti. Dapur Cokelat cepat beradaptasi di masa pandemi dengan menciptakan kue baru dengan harga terjangkau, membuat pick-up points dan menjual adonan premix.
Ermey pun menjadi lebih dekat dengan konsumen dan aktif menyapa lewat digital events seperti membagikan tips dan tricks di live Instagram. Pesan Ermey bagi team Dapur Cokelat adalah jangan pernah bilang tidak bisa. Jika memungkinkan, berikan yang lebih dari yang diharapkan customer.
“Meski omset kita menurun. Merumahkan 30-40 karyawan dan itu menyedihkan buat kami. Merumahkan staf kita. Ratusan pekerja lainnya harus tetap bekerja. Kita harus beradaptasi mencari ide, mencari jalan keluar, kita harus bisa melewati ini dulu,” ungkap wirausahawati itu.
Layaknya sepotong kue Two Seasons Cake, signature cake Dapur Cokelat, terbuat dari bermacam unsur yang justru membuatnya lezat, lembut dan berkarakter. Demikianlah perjalanan Dapur Cokelat mengalami masa ups dan downs dalam mengukir eksistensi di tengah ketatnya persaingan industri food and beverage tanah air.
Dukungan keluarga, suami dan anak-anak tercinta, serta team Dapur Cokelat terutama saat Ermey harus berhadapan dengan vonis kanker dan menjalani terapi di Singapura 10 tahun lalu, membuat Ermey semakin tangguh dan bersyukur.
Dapur Cokelat goes Istana
Salah satu momentum yang paling dibanggakan adalah menjadi Official Partner Istana Negara Republik Indonesia untuk kesempatan Open House dan HUT ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 2019.
Akhirnya Dapur Cokelat goes Istana, lanjut Eyie, saat puasa mendekati hari H lebaran. Pihaknya ditelpon pihak Istana, mereka meminta pesanan Open House Presiden RI Joko Widodo. “Padahal saat itu kita akan tutup karena akan lebaran. Tapi pihak Istana tetap penasaran agar pesanan cokelat bentuk bedugnya dibuatkan. Akhirnya kita penuhi pesanan Istana dan itu menjadi tantangan buat kami,” akunya.
“Dalam membuat bedug cokelat itu kami keroyokan hingga selesai. Bedug cokelat pun diletakkan di setiap sudut Istana dan ruangan pribadinya Pak Jokowi. Sampai tamu negara penasaran mengira bedug itu bukan terbuat dari cokelat,” ulasnya.
Bagi pemula yang ingin memulai usaha, pertama harus memiliki konsep, kata dia, putuskan, agar kedepan dari hulu ke hilirnya bisa konsisten. Kedua, fokus, menghadapi problem yang akan dihadapi. Fokus dengan usaha apa yang dijalani. Ketiga, berdoa kepada Tuhan. “Meski banyak kompetitor, kuncinya harus ada tim yang solid. Apapun masalahnya diselesaikan bersama. Dan fokus,” tuturnya.
Ermey memiliki dua mimpi besar, ingin membangun Sekolah Dapur Cokelat untuk masyarakat tidak mampu. Membuka tempat belajar gratis untuk mereka yang putus sekolah. Tujuan sekolah itu adalah agar murid-murid Sekolah Dapur Cokelat dapat menghidupi diri sendiri, membantu keluarganya serta membuka lapangan kerja.
Ermey sendiri juga sangat memperhatikan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Indonesia. UMKM memiliki kontribusi yang krusial bagi perekonomian Indonesia karena akan menyerap tenaga kerja nasional. Dia bermimpi untuk membekali UMKM kendati tidak memiliki toko namun tetap bisa memasarkan produknya secara daring.
“Fokus pada apa yang kita minati. Pelajari ilmunya. Lalu miliki mimpi dan bekerja keras serta cari peluang untuk mewujudkannya. Percaya pada kemampuan diri sendiri. Bangkit lagi jika jatuh. Terus begitu,” ujar Ermey Trisniarty.
Sekedar diketahui, Dapur Cokelat telah memiliki 29 outlets dan 26 delivery points di seluruh Indonesia. Kedepannya, rencana Dapur Cokelat akan membuka lebih banyak outlet di seluruh Indonesia dan Singapura.
Pada kesempatan daring itu, Pakar Kuliner, William Wongso menjelaskan, cokelat itu seperti kopi, setiap orang akan bertanya kopi itu dari mana asalnya? demikian juga cokelat punya daerah asalnya dan memiliki prosesnya, itu yang menentukan. Dari dipetik sampai fermentasi dan sampai ke Dapur Cokelat. “Itu perlu proses yang cukup panjang. Sedangkan kita makannya hanya semenit,” ungkap pria yang mencintai kuliner Indonesia itu.
Kata William, diperlukan edukasi, karena menikmati cokelat dan kopi itu berbeda. Kalau orang tidak minum kopi akan ngantuk. Kalau cokelat seperti candu. Orang tau mencicipi cokelat yang berkualitas. Harga cokelat di luar negeri saja mahal sekali dengan berbagai merk-merknya. Bermacam versi dari mulai organic dan cokelat itu banyak single bean sama seperti kopi.
Kalau sampai di tes, cokelat itu tidak layak maka harus direject semuanya. Umumnya membuat cokelat tergantung dari bahan-bahan cokelat. “Di daerah saja belum bisa membedakan compound dengan couverture”.
“Cokelat hanya ada beberapa jenis pohonnya. Kalau kopi misalnya jenis robusta. Di Jepang yang populer jus cokelat, karena tekstur buahnya seperti buah sirsak. Eksotis buahnya. Di luar negeri toko cokelat itu seperti butik. Kita akan menebak-nebak ini toko cokelat atau mau jualan kosmetik?,” tambahnya.
Sementara itu, Nur Asia Uno mengatakan, Eyie adalah sosok perempuan tangguh yang sukses sampai hari ini dan menjadi contoh. Ibu-ibu harus bisa membangun usaha agar bisa bertahan, dimasa pandemi harus bisa berinovasi, beradaptasi dan berkolaborasi.
Kendati usahanya terpuruk harus bisa bangkit dan terus berusaha. Menurutnya, memulai usaha itu harus dari yang kecil dulu. “Seperti saya membuat Nur Corner mewadahi UKM untuk menjual produknya. Jadi harus memulai yang kecil dulu, belum tentu yang besar itu akan menjadi bertambah besar,” katanya.
Menurut Nur Asia, untuk memulai suatu usaha jangan pernah takut, rejeki tak akan tertukar. Indonesia negara kaya, di luar saja cokelat banyak permintaan. Tanpa Indonesia belum tentu mereka memiliki bahan baku cokelat.
“Coba lihat Mba Eyie yang konsisten menjalankan usaha Dapur Cokelatnya. Suka dukanya agar menjadi sukses. Ini jadi contoh kebangkitan kita memulai bisnis, ‘The Power Emak-Emak’,” tutupnya. (ibl/msb)