IPOL.ID – Suar atau badai Matahari yang dapat menciptakan tampilan seperti Cahaya Utara yang menakjubkan diperkirakan akan kembali melewati Bumi, besok (Jumat, 15/10).
Para pakar berpikir ada kemungkinan letusan suar Matahari dapat menyebabkan badai geomagnetik pada akhir pekan ini. Namun itu akan lebih menyebabkan aurora yang cantik daripada mengacaukan Bumi.
Badai Matahari besar menghantam Bumi kemarin. Fenomena alam ini membuat sebagian Inggris dan Amerika Utara menikmati tampilan seperti Cahaya Utara.
Badai itu dinilai ‘sedang’ dan badai berikutnya mungkin memiliki dampak yang lebih kecil.
Spaceweather.com mengatakan, “CME lain akan datang, tetapi yang ini mungkin terlewatkan. Filamen magnet yang terhubung ke bintik matahari AR2882 meletus pada 12 Oktober (~0200 UT). Puing-puingnya diperkirakan akan lewat di depan Bumi pada 15 Oktober. Kemungkinan memicu aurora Arktik, tapi mungkin tidak ada badai geomagnetik.”
CME adalah jenis suar matahari yang disebut coronal mass ejection. Yakni, pengusiran besar plasma dari lapisan luar Matahari yang disebut korona. Badai matahari diketahui dapat memengaruhi komunikasi dengan mengganggu sinyal radio.
Pada tahun 1989, letusan Matahari yang kuat melepaskan begitu banyak partikel bermuatan listrik ke Bumi. Dampaknya, Provinsi Quebec Kanada kehilangan listrik selama sembilan jam.
Selain menyebabkan masalah bagi teknologi manusia di Bumi, suar Matahari dapat mematikan bagi astronot jika mengakibatkan cedera atau mengganggu komunikasi kontrol misi.
Beruntung, medan magnet Bumi membantu melindungi kita dari konsekuensi yang lebih ekstrim dari semburan Matahari.
Suar matahari yang lebih lemah bertanggung jawab atas aurora seperti Cahaya Utara. Tampilan cahaya alami tersebut adalah contoh magnetosfer Bumi yang dibombardir oleh angin Matahari sehingga menciptakan tampilan hijau dan biru yang cantik.
Matahari saat ini berada di awal siklus matahari 11 tahun baru, yang biasanya melihat letusan dan suar tumbuh lebih intens dan ekstrem. Peristiwa ini diperkirakan akan mencapai puncaknya sekitar tahun 2025 dan diharapkan pesawat luar angkasa Solar Orbiter akan mengamati semuanya karena bertujuan untuk terbang dalam jarak 26 juta mil dari Matahari.