IPOL.ID – Ilmuwan Universitas Tartu, Estonia, menemukan bahan lahan gambut yang bisa dijadikan baterai kendaraan listrik berbiaya rendah. Penelitian ini didorong bahan gambut yang berlimpah di Eropa utara.
Jika penelitian ini benar adanya, maka temuan tersebut adalah peluang bagi Indonesia untuk bisa memproduksi baterai mobil listrik secara besar-besaran. Sebab, Indonesia mempunyai lahan lahan gambut yang sangat luas.
Baterai natrium-ion, yang tidak mengandung litium, kobalt, atau nikel yang relatif mahal, adalah salah satu teknologi baru yang sedang dilihat oleh pembuat baterai. Bahan tersebut ditemukan sewaktu mereka mencari alternatif untuk model baterai lithium-ion yang dominan.
Para ilmuwan di Universitas Tartu Estonia, mengatakan, mereka telah menemukan cara untuk menggunakan gambut dalam baterai natrium-ion. Teknologi itu mengurangi biaya secara keseluruhan, meskipun teknologinya masih dalam tahap awal.
“Gambut adalah bahan mentah yang sangat murah, tidak memerlukan biaya apa pun, sungguh,” ungkap Enn Lust, Kepala Institut Kimia di Universitas Tartu, Estonia, Kamis (14/10/2021).
Prosesnya meliputi pemanasan gambut yang telah terurai ke suhu tinggi dalam tungku selama 2-3 jam. Universitas berharap pemerintah mendanai sebuah pabrik skala kecil di Estonia untuk mencoba teknologi tersebut.
Penyuling di Skotlandia mengeringkan malt di atas api gambut untuk membumbui wiski, dan beberapa negara Eropa utara menggunakan gambut untuk bahan bakar pabrik dan rumah tangga, atau sebagai pupuk.
Saat rawa dikeringkan untuk menambang gambut, mereka melepaskan karbon dioksida yang terperangkap, meningkatkan masalah lingkungan. Tetapi para ilmuwan Estonia, mengatakan, mereka menggunakan gambut yang membusuk, produk limbah dari metode ekstraksi tradisional yang biasanya dibuang.
“Baterai natrium-ion yang menggunakan gambut perlu membuktikan layak secara komersial dan dapat ditingkatkan,” ujar Lukasz Bednarski, analis pasar dan penulis buku tentang baterai kepada Reuters.
CATL China pada bulan Juli menjadi pembuat baterai otomotif besar pertama yang mengungkap baterai natrium-ion. “Saya pikir perusahaan akan semakin mencoba untuk mengkomersialkan baterai natrium-ion, terutama setelah pengumuman CATL,” tambah Bednarski.
Dia mengutarakan, baterai natrium-ion yang kurang kuat kemungkinan akan digunakan bersama dengan teknologi lithium-ion. Ini untuk menurunkan biaya keseluruhan paket baterai.