Hal itu terjadi, karena harga sekarang masih dihitung dengan menggunakan ICP sekitar USD45. Sedangkan di sisi lain, harga minyak dunia terus naik, bahkan tergolong tertinggi, dengan dua kali melampaui harga ICP.
Jika harga BBM terus dipertahankan di bawah harga keekonomian, lanjutnya, maka pada titik tertentu Pertamina dipastikan akan mengalami kerugian. “Keuangan mereka akan tergerus untuk menutupi kerugian-kerugian yang terjadi akibat penjualan BBM yang tidak sesuai dengan harga keekonomian,” ujar Ferdinand.
Dan jika sudah mengalami kerugian, Pertamina akan sulit menutupi biaya operasional. Pada akhirnya, akan menjadi beban bagi pemerintah. “Jadi saya pikir harus dipertimbangkan untuk menaikan harga BBM, apakah sesuai harga keekonomian atau setidaknya mendekati. Tetapi momennya juga harus tepat,” sambung dia lagi.
Menurut Ferdinand, selain Pertalite, semua jenis BBM seperti Solar, Pertamax, dan Pertamax Turbo yang dipasarkan Pertamina pun sebenarnya masih di bawah harga sepatutnya. “Padahal di sisi lain, harga minyak dunia terus mengalami kenaikan,” ujarnya.