“Kami berharap kedepannya, dengan gebrakan Bapak Jokowi membantu harga jagung turun, didongkrak dengan langkah kongkrit dari Bapak Presiden melalui menteri sosial berupa PKH, mungkin bisa mendongkrak sedikit harga telur, untuk menanggung biaya ini,” harapnya.
Suyadnya lebih lanjut menjelaskan rendahnya harga telur selain karena pandemic covid-19, juga menurunnya daya beli masyarakat, persaingan pakan jangung dengan pabrik dan meroketnya harga pakan import turut menjadi pemicu. Saat ini rata-rata harga telur negeri diangka Rp14.300/kg di tingkat peternak. Padahal untuk harga normal dikisaran Rp18.000-Rp19.000/kg.
“Yang riil saja segitu, tetapi ada yang bilang 14.500 rupiah, ada yang bilang 15 ribu, saya jual segitu tidak ada yang mau beli. Selain itu ada persatuan bakul juga punya kekuatan. Kami ini di produksi, hasil produksi ini diambil oleh bakul, bakul lah yang memainkan.
Karena rentetan di peternak ini kan panjang, mulai dari penyuplay dedak, komponen jagung, dan lainnya. Kita tidak bisa berdiri sendiri ketika produksi berupa telur, ini didistribukan ke pengepul,- pengecer-masyarakat,” bebernya.