Prosesi diakhiri dengan acara “mencium bendera” oleh kelima pegulat, termasuk pelatih dan tim manajer. Satu persatu dari mereka secara bergilir maju ke depan, menarik bendera ke dalam genggaman tangannya, kemudian menciumi bendera itu dengan penuh khusuk. Masing-masing mencium dengan durasi waktu sekitar tiga detik.
Penciuman bendera ini pertanda, rasa bakti, hormat, dan tulus dari seorang anak yang sedang berjuang membela harkat dan martabat kontingen DKI Jakarta pada di PON XX Papua. Luar biasa hikmat. Selain itu, mereka juga membela panji keluarga mereka masing-masing yang telah membesarkan mereka semua hingga menjadi pegulat hebat dipercaya oleh DKI bertanding di PON XX Papua.
“Selama 32 tahun sejak 1989 baru sekali ini saya menyaksikan prosesi pelepasan tim gulat yang penuh himat yakni mencium bendera sebelum berangkat menuju PON, atau kejuaraan lain dalam rangka membela panji DKI Jakarta,” kata Sarno, Kepala Sekretariat Pengprov PGSI DKI Jakarta.
Ia mengatakan hal itu ketika ingin membungkus kembali bendera itu untuk dibawa ke sekretariat Pengprov PGSI DKI di GOR Otista. Sambil memasukkan bendera, Pak Sarno yang setiap kali PON tidak pernah absen turut mendampingi tim karena menjadi tenaga IT PON ini, masih saja menggelengkan kepalanya atas kekaguman pada acara yang dikreasi oleh Haji Heru ini. Luar biasa katanya.
Haji Heru, memang bukan kali ini saja melakukan sesuatu yang menakujubkan. Sejak keterlibatannya menjadi pengurus Pengprov PGSI DKI Jakarta periode lalu, ia sering kali tampil mengejutkan.