IPOL.ID – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin penggunaan vaksin Sinovac untuk pencegahan COVID-19 bagi anak-anak di usia 6-11 tahun.
Untuk diketahui, sejumlah negara telah lebih dahulu mengizinkan vaksin COVID-19 disuntikkan kepada anak-anak usia di bawah 12 tahun. Sebuat saja Amerika Serikat dan China.
Amerika Serikat kemungkinan akan mulai memberikan vaksin virus Corona Pfizer-BioNTech kepada anak-anak berusia 5-11 tahun segera setelah pekan pertama November. Izin dikantongi setelah Komite Penasihat Food and Drug Administration (FDA) memberikan suara 17 banding 0, dengan satu abstain, untuk merekomendasikan keadaan darurat otorisasi pada kelompok usia tersebut.
Untuk China, mereka telah menyetujui vaksin Sinovac digunakan kepada anak-anak berusia 3-17 tahun pada bulan Juni lalu. Sejak saat itu vaksin sebagian besar dibatasi untuk anak kecil dengan faktor risiko ekstra.
Tetapi dalam sepekan terakhir, pemerintah kota dan daerah di Provinsi Fujian, Hainan, Hubei, Hunan, dan Zhejiang telah mengumumkan, semua anak berusia 3-11 tahun akan diminta untuk mendapatkan suntikan sebagai syarat bersekolah tatap muka.
Laman bmj.com menyebutkan, China dan AS bukanlah negara pertama yang akan memvaksinasi anak di bawah usia 12 tahun. Ada sejumlah negara yang sudah melakukan hal itu.
Kuba misalnya, mereka telah memulai memvaksinasi anak-anal 2-10 tahun pada 16 September 2021. Jenis vaksin COVID-19 yang digunakan adalah vaksin Abdala dan Soberana, buatan ilmuwan Kuba sendiri.
Di lingkungan ASEAN, pada 17 September kemarin Kamboja mulai memvaksinasi anak-anak berusia 6-12 tahun dengan Sinovac. Negara ini tercatat sebagai salah satu negara yang paling banyak divaksinasi di dunia, bahkan sudah merencanakan dosis booster pediatrik ketiga.
Kemudian ada Chili yang mulai memvaksinasi anak-anak berusia 6-11 tahun dengan Sinovac pada 27 September. Di Timur Tengah, Uni Emirat Arab telah memberikan vaksin China lainnya, Sinopharm, kepada anak-anak berusia 3-17 tahun sejak awal Agustus 2021.
Perjalanan Vaksin mRNA
AS akan menjadi negara pertama yang memberikan vaksin mRNA kepada anak-anak di luar uji klinis. Sementara vaksin mRNA sudah memiliki catatan keamanan yang luar biasa baik, efek samping serius yang paling dikenal -perikarditis dan miokarditis—telah terkonsentrasi pada orang muda, terutama pria remaja.
FDA berpendapat kepada komite penasihat bahwa manfaatnya jelas akan lebih besar daripada risiko di semua. Kecuali skenario penularan virus terendah dan bahwa vaksinasi mungkin masih lebih disukai bahkan saat itu, karena kasus perikarditis dan miokarditis hingga saat ini sebagian besar ringan, tidak menyebabkan kematian.
Efek samping ini tidak terlihat dalam uji coba vaksin pediatrik, tetapi sekitar 4.500 peserta tidak cukup banyak untuk uji coba tersebut untuk mendeteksi kejadian langka tersebut, yang terjadi kurang dari satu kali dalam 200.000 dosis pada sistem pelaporan efek samping vaksin di Eropa dan Amerika Serikat.
“Dosis pediatrik, yang merupakan sepertiga (10 gram) dari dosis dewasa dengan dua dosis yang diberikan dalam selang waktu tiga pekan, adalah 90,7% efektif dalam mencegah gejala virus Corona,” kata studi tersebut.
FDA mencatat, 1,9 juta anak berusia 5-11 tahun telah terinfeksi virus Corona di AS, lebih dari 8.300 dirawat di rumah sakit, dan 94 meninggal.