IPOL.ID – Masyarakat dijamin akan mudah menggunakan jasa transportasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Kereta cepat buatan China itu akan terintegrasi dengan moda transportasi lainnya, seperti stasiun kereta api (KA) di bawah pengelolaan PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Presiden Direktur PT KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi menjelaskan, pada fase awal, ada empat stasiun yang digunakan untuk melayani penumpang KCJB. Yaitu, Stasiun Tegalluar, Padalarang, Karawang, dan Stasiun Halim.
Lebih lanjut disebutkan, untuk Stasiun Padalarang akan dijadikan stasiun hub yang bersisian jalur eksisting KAI di Padalarang. Tujuan integrasi moda transportasi darat tersebut untuk memberikan kemudahan bagi para pengguna jasa.
Selain itu, integrasi juga dinilai mampu meningkatkan konektivitas penumpang dari pusat Kota Bandung dan Cimahi yang akan menggunakan layanan kereta cepat.
“Di Stasiun Hub Padalarang itu, akan ada konektivitas yang nyaman bagi penumpang KCJB yang ingin langsung melanjutkan perjalanan ke Kota Cimahi dan Bandung dengan KA Feeder yang dilayani oleh PT KAI,” papar Dwiyana dalam keterangan resminya, Senin (1/11).
Penambahan stasiun hub di Padalarang dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Misalnya, demografi, komersial, infrastruktur di area Padalarang yang memadai, hingga menyasar penumpang yang berasal dari Bandung bagian Barat.
Di sisi lain, Stasiun KCJB akan berada di sebelah barat stasiun KA Padalarang. Penumpang yang hendak menggunakan layanan Kereta Cepat dari Padalarang atau sebaliknya akan disediakan KA Konektivitas menuju stasiun Cimahi dan Bandung.
“KA Feeder menggunakan rangkaian KRD yang didesain seperti KA Bandara, dan nantinya akan melayani rute dari Stasiun Padalarang menuju Stasiun Bandung dan dapat berhenti di Stasiun Cimahi. Pemberangkatan KA Feeder ini setiap 20 menit pada jam sibuk dan 30 menit di luar jam sibuk atau menyesuaikan operasional kereta cepat,” tambahnya.
Sementara durasi perjalanan dari Stasiun Padalarang ke Stasiun Bandung hanya 18 menit. Jika berhenti di Stasiun Cimahi maka durasi perjalanan menjadi 22 menit.
Sementara pengoperasian Stasiun Tegalluar diharapkan dapat menyasar penumpang di Bandung bagian Timur. Stasiun itu akan terhubung dengan Bus Rapid Transit dan juga taksi.
Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Tegalluar juga memiliki kemudahan aksesibilitas, mulai dari exit tol Padaleunyi arah Jakarta dan aksesibilitas dari dan menuju GBLA.
Dia menambahkan, pada fase pertama pengoperasian Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Stasiun Walini belum dimasukkan menjadi stasiun pelayanan mempertimbangkan aspek komersial. Saat ini, KCIC sedang melakukan upaya efisiensi dengan mengurangi potensi cost overrun.
Dwiyana menekankan, meski terjadi penundaan pembangunan Stasiun Walini, bukan berarti pengerjaan konstruksi di Walini dibatalkan. PT KCIC akan melakukan pembangunan Stasiun Walini di fase selanjutnya sesuai arahan pemegang saham.
Perkembangan terkini, KCIC masih terus melakukan percepatan pembangunan di 237 titik konstruksi secara komprehensif. Fokus konstruksi yang menjadi prioritas antara lain penyelesaian pengeboran 3 terowongan dari 13 terowongan yang ada di trase KCJB, menyelesaikan erection girder untuk konstruksi elevated track, terutama yang berada di daerah Batununggal, Bandung, serta pengerjaan subgrade 18, 19, dan 20 di perbatasan antara Karawang dan Purwakarta.
Percepatan pembangunan juga dilakukan di pabrik China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) Sifang yang berada di Qingdao, China. Perusahaan juga melakukan persiapan dokumen penunjang operasional dengan melakukan koordinasi bersama kementerian terkait.