IPOL.ID – Kasus pembunuhan sadis terhadap mahasiswi Universitas Esa Unggul, Tri Ari Yani Puspo Arum, 22, sudah tidak terdengar lagi. Diduga pelaku pembunuhan itu masih berkeliaran bebas di luar sana. Sedangkan Kasim Efendi, ayah korban, masih berharap pembunuh putri kesayangannya itu tertangkap.
Dikonfirmasi wartawan terkait kasus tersebut, AKBP Joko Dwi Harsono yang saat ini menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat memilih bungkam. Dia tidak merespons sambungan telepon atau pertanyaan wartawan yang dikirim lewat WhatsApp.
Padahal, saat peristiwa itu terjadi polisi terus mengumbar janji akan mengungkap kasus tersebut. Entah itu berupa penemuan barang bukti, pemeriksaan saksi serta membentuk tim khusus telah disampaikan di depan awak media pada saat itu.
Lambat laun, kasus pembunuhan tersebut redup. Sementara rotasi jabatan dari tingkat Kapolres, Kasat Reskrim dan jajaran di bawahnya terus terjadi.
Arum sapaan korban, ditemukan tak bernyawa sekitar pukul 07.00 WIB, Senin (9/1). Dia tergeletak bersimbah darah di dalam kamar kontrakan yang terletak di Jalan H Asmat, Ujung, Perumahan Kebon Jeruk Baru, Jakarta Barat. Mahasiswi S1 Universitas Esa Unggul ini meninggal dengan dua lubang menganga di lehernya.
Saat peristiwa itu terjadi, jabatan Kapolres Metro Jakarta Barat dipimpin oleh Kombes Pol Roycke Harry Langie dengan Kasat Reskrim AKBP Andi Adnan. Seiring berjalannya waktu, pimpinan di jajaran Polres Metro Jakarta Barat pun terus berganti. Jabatan Kapolres Metro Jakarta Barat digantikan oleh perwira baru, yakni Kombes Pol Hengki Haryadi dan seterusnya.
Di masa awal kepemimpinannya, kepada awak media, Kombes Pol Hengki dengan tegas di depan awak media bahwa pihaknya sudah membentuk satgas khusus untuk mengungkap kasus kematian Arum. Bahkan pihaknya telah mengevaluasi terkait barang bukti dan mengadakan analisis, serta evaluasi penyelidikan untuk menemukan barang bukti baru.
Selain itu, penyidik juga kembali melakukan gelar perkara dan memeriksa saksi-saksi. “Kami sudah buat satuan tugas khusus yang concern terhadap pengungkapan kasus ini,” kata Hengki di depan awak media, saat itu.
Namun pernyataan yang dikeluarkan oleh Kombes Pol Hengki Hariyadi tidak membuahkan hasil. Sebab, dipenghujung jabatannya sebagai Kapolrestro Jakarta Barat, kasus pembunuhan mahasiswi Esa Unggul masih belum terungkap bahkan masih lidik. Sedangkan pengganti Kombes Hengki, yakni Kombes Audie S Latuheru masih belum bisa mengungkap kasus tersebut.
Di sisi lain, Kasim Efendi orang tua korban mengaku tidak lagi menerima kabar dari Kepolisian terkait kasus yang menimpa putrinya. Bahkan dia masih berusaha mendatangi Polsek Kebon Jeruk untuk menanyakan perkembangan kasus tersebut.
“Saya pas lewat situ terus mampir. Biasanya saya hubungi Pak Tulus. Saya kalau ke Polsek selalu nemuin Pak Tulus dulu, karena kalau saya tanya perkembangannya ya ke Pak Tulus dulu. Saya selalu berharap, kasus ini bisa segera terungkap dengan perjuangan polisi,” harap Kasim.
Hingga kini, Kasim mengaku dirinya masih berharap polisi dapat menangkap pembunuh putrinya dan di hukum sesuai perbuatannya. Meski sudah empat tahun sepeninggal putrinya, kenangan bersama almarhumah semasa hidup masih teringat dibenak Kasim. Bahkan dia ingin sesekali bertemu dengan putrinya meski hanya dalam mimpi.
“Masih keingetan. Saya dan istri kepengin sekali ditemuin (almarhumah Arum). Saya belum pernah dimimpiin,” tutupnya. (ibl)