IPOL.ID – Di masa Pandemi Covid-19 ini, demam batu akik kembali mencuat, salah satunya yang paling populer dan diminati masyarakat adalah batu bacan. Seperti di Pasar Rawa Bening, Jakarta Timur, batu bacan masih diburu oleh kolektor batu akik, Jumat (18/2).
Kepala Pasar Rawa Bening, Jakarta Timur, Ahmad Subhan mengatakan, di pasar ini ada bermacam-macam batu, mulai dari batu akik maupun permata. Disini memang seperti batu bacan merupakan batu akik lokal asli Indonesia yang peminatnya masih banyak.
“Bacan disini masih banyak sekali peminatnya, apalagi kolektor batu yang masih terus berburu batu lokal asli Indonesia,” kata Ahmad Subhan pada ipol.id, Jumat (18/2).
Perlu diketahui, batu bacan atau biasa disebut batu akik bacan dibagi menjadi bermacam-macam menurut karakteristik batunya. Bacan ada lima jenis yang populer yaitu batu bacan Doko, Palamea, Obi, Halmahera dan pancawarna (fosil). Dari kelima jenis bacan, yang paling terkenal dan digemari adalah bacan Doko. Karena memiliki warna hijau tua yang indah terlebih bila kena cahaya.
Batu Bacan Doko sendiri berasal dari nama desa tempat pertama kali batu tersebut ditemukan di Desa Doko, Kepulauan Kasiruta, Halmahera, Maluku Utara. Batu bacan memiliki warna yang khas, mulai dari hijau bening hingga gelap. Demikian halnya Batu Bacan Palamea.
Lebih jauh, Subhan menjelaskan, di pasar ini ada juga tempat uji laboraturium (lab) untuk mengetahui kadar dari batu tersebut. Sebagai pusat batu akik, permata terbesar di Indonesia.
“Untuk tempat uji lab batu kita ada di lantai dasar, 1 dan 2. Sehingga masyarakat dapat mengecek, memeriksakan langsung agar memiliki catatan batu yang dimilikinya, akan keaslian batunya atau ternyata malah imitasi,” tukasnya.
Untuk harga memeriksakan batu di tempat uji lab, lanjutnya, di pasar ini juga masih cukup terjangkau, dari mulai kisaran harga Rp 60-70 ribu per memo. Berbeda halnya jika batu dibuatkan sertifikat. “Kalau dibuat sertifikat yang kecil harganya pada kisaran Rp 400 ribu,” ujarnya.
“Sehingga diharapkan, batu akik dan permata di Pasar Rawa Bening ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis mancanegara maupun turis lokal,” tambah dia.
Namun kembali ditekankannya, batu bacan asli Indonesia ini tetap menjadi primadonanya di Pasar Rawa Bening. “Karena memang peminatnya banyak,” tandasnya.
Artinya, sambung dia, kolektor batu bacan pun masih banyak sehingga masyarakat yang sudah mulai lupa atau menyimpan batu bacannya dalam laci dapat kembali bergairah. Apakah kembali merawat dengan memolesnya atau pun menggosok batu bacan tersebut agar terlihat lebih kinclong lagi.
Subhan katakan, pengrajin asah batu pun masih terus aktif di pasar ini sampai dengan pengrajin peraknya. Bagi yang minat dengan perak dapat memesan langsung kepada pedagangnya.
Diketahui Pasar Rawa Bening sendiri saat ini memiliki sebanyak 1.349 tempat usaha dari lantai dasar, 1 dan 2. Terdapat tempat parkir dan basement yang luas bagi para pengunjung. Fasilitas lainnya seperti masjid, dan toilet juga tersedia dilokasi.
Pasar itu pun berada dilokasi yang cukup strategis, berdekatan dengan Stasiun Jatinegara dan Terminal Kampung Melayu.
Sejauh ini meski dihantam Pandemi Covid-19, peminat batu akik bacan masih bergairah. Namun tetap bagi masyarakat yang ingin berkunjung ke Pasar Rawa Bening, Ahmad Subhan berpesan untuk tetap memperhatikan, menjaga protokol kesehatan. “Tetap bagi para pengunjung maupun pedagang agar tetap menjaga prokesnya, tetap pakai masker yang benar,” tutup dia. (ibl)