IPOL.ID – Presiden Rusia, Vladimir Putin, menggelar operasi militer Rusia Donbass di Ukraina timur yang dikuasai separatis pro-Moskow.
Operasi militer dilakukan setelah para pemimpin Donetsk dan Luhansk, yakni dua wilayah Ukraina timur yang diakui kemerdekaannya oleh Putin, meminta bantuan militer dari Moskow.
Permintaan bantuan diajukan sebagai respons atas apa yang mereka klaim sebagai peningkatan agresi pasukan Ukraina yang berbasis di Kiev. “Keadaan mengharuskan kita untuk mengambil tindakan tegas dan segera,” kata Putin, seperti dilansir Russia Today.
“Republik Rakyat Donbass meminta bantuan ke Rusia. Dalam hal ini, sesuai dengan Pasal 51, bagian 7 Piagam PBB, dengan sanksi dari Dewan Federasi dan sesuai dengan perjanjian persahabatan yang diratifikasi oleh Majelis Federal dan bantuan timbal balik dengan Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk, saya telah memutuskan untuk melakukan operasi militer khusus,” tutur Putin.
Dalam pidatonya kepada publik, Putin ingin “demiliterisasi” dan “de-Nazifikasi” Ukraina. Saat pidato, serangkaian ledakan dilaporkan terjadi di kota-kota Ukraina.
Wartawan CNN mengaku mendengar suara ledakan besar di Kiev. Keputusan operasi militer Rusia muncul beberapa hari setelah Moskow mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk yang memisahkan diri dari Ukraina.
Pengakuan diberikan Rusia setelah Putin menuduh Kiev tidak memenuhi kewajibannya berdasarkan Perjanjian Minsk yang dibuat pada 2014 dan 2015 untuk menyelesaikan konflik antara separatis dan pemerintah Ukraina.
Barat selama berbulan-bulan telah meramalkan serangan yang menjulang, mengeklaim Rusia telah mengumpulkan pasukan di dekat perbatasannya dengan Ukraina dan di negara tetangga Belarusia, di mana Moskow telah melakukan latihan bersama dalam beberapa pekan terakhir.
Rusia sejauh ini telah membantah rencana serangan terhadap Ukraina. Namun, Moskow mempertahankan tindakannya di Donbass dan menegaska aksinya bersifat defensif.