Peningkatan risiko gangguan tidur
Sebuah tinjauan penelitian tahun 2014 menunjukkan bahwa risiko perempuan mengalami insomnia adalah 40 persen lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
Karena itu, kemungkin membuat mereka mendapatkan tidur ekstra dalam upaya untuk menebus berjam-jam kekurangan tidur.
Perempuan juga memiliki risiko lebih tinggi terkena restless leg syndrome (RLS) dan sleep apnea, yang keduanya dapat memengaruhi kualitas tidur, sehingga Anda membutuhkan lebih banyak tidur untuk merasa istirahat.
Hormon
Fluktuasi hormon yang berhubungan dengan menstruasi dapat membuat sulit untuk mendapatkan tidur malam yang baik, terutama selama tahap pramenstruasi.
Hal yang sama berlaku untuk kehamilan, ketika perubahan kadar hormon selama trimester yang berbeda dapat menyebabkan kelelahan, kantuk, sering buang air kecil (menyebabkan banyak perjalanan malam hari ke kamar mandi), RLS, dan masalah pernapasan.
Kemudian datang perimenopause dan menopause, ketika fluktuasi hormon dapat menyebabkan gejala seperti hot flashes (menopaure) dan keringat malam, yang dapat mengganggu tidur. Risiko mengembangkan sleep apnea juga meningkat setelah menopause.