“Saya merasa harus melakukan sesuatu,” kata pria berusia 33 tahun tersebut kepada kantor berita Reuters.
Dia mengaku gusar setelah melihat tayangan para perempuan dan anak-anak terluka di Ukraina.
Di grup-grup daring, sejumlah veteran militer sudah mewanti-wanti relawan tanpa pengalaman tempur bahwa mereka akan menuju zona konflik. Ketiadaan pengalaman akan menjadi beban bagi diri mereka dan orang lain.
Tapi itu tidak menghentikan Tai B, mahasiswa jurusan jurnalistik di New York.
“Saya tidak ingin menjadi pahlawan atau martir, saya hanya ingin melakukan yang benar,” kata Tai, yang mengaku bisa memasak, dasar-dasar mekanik, dan cara memegang senjata api.
Bagaimanapun, tidak semua calon relawan ingin bertempur.
Di Quebec, Kanada, seorang dokter bernama Julien Auger bersiap meninggalkan keluarga kecilnya untuk menjadi tenaga medis guna membantu Kementerian Kesehatan Ukraina. Dia akan memberikan bantuan kemanusiaan secara “netral”.
“Opini global dan sokongan saat ini adalah kunci untuk menyelesaikan konflik,” kata bapak dua anak itu.