IPOL.ID – Anggota Komisi XI DPR RI, Masinton Pasaribu mempertanyakan kinerja Direktur Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan, Askolani yang diduga sering melakukan kunjungan ke daerah setiap bulannya sampai sekarang.
Padahal, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sedang mengalami banyak masalah di internalnya. Bahkan tengah disoroti karena dugaan sejumlah skandal penyelundupan dan korupsi yang ditangani sejumlah penegak hukum, salah satunya Kejaksaan Agung.
Masinton mengingatkan, sejak Aslokani dilantik Menteri Keuangan Sri Mulyani pada 2021 lalu, dia ditugaskan khusus mempertahankan prestasi DJBC pada tahun sebelumnya yakni target penerimaan negara.
Selain itu, Askolani juga ditugaskan Sri Mulyani untuk dapat melanjutkan program reformasi di tubuh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), serta memperkuat integritas, budaya organisasi, hingga pengeluaran kelembagaan.
“Saya dapat informasi Pak Dirjen ini rajin keliling. Konsolidasi ke daerah-daerah. Dalam sebulan beberapa kali kunjungan. Pertanyaannya, kalau kunjungan terus bagaimana dengan koordinasi harian dalam memimpin Ditjen Bea dan Cukai pak?”, kata Masinton dalam Rapat Dengar Pendapat di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/4).
Sementara, di lapangan, sambung Politikus PDIP tersebut, butuh pengarahan Dirjen Bea dan Cukai. Semisal, mengenai kalangkaan minyak goreng dan lain sebagainya. Masinton mengingatkan bahwa Indonesia merupakan penghasil minyak sawit.
“Bagaimana arahan Dirjen terkait ekspor CPO dan segala macam kan itu butuh panduan juga pak, kalau pak Dirjen suka keliling-keliling ke daerah, itu bagus pak, tapi perlu juga rapat-rapat rutin breafing harian yang itu juga memperkuat personil di lapangan,” tandas Masinton.
Askolani dalam kesempatannya, menjawab bahwa pihaknya telah melakukan penguatan di internal, sehingga posisi dan langkah-langkah yang dilakukan selama ini bisa konsisten, akuntabel dan transparan.
“Walaupun kami memang banyak melakukan kunjungan ke lapangan. Banyak manfaat yang kami lihat. Kami harus tau bagaimana posisi dari teman-teman abdi di Bea Cukai, apalagi dalam menghadapi pandemi,” kata Askolani.
Askolani berdalih dalam tiap kunjungannya ke daerah, selalu mengajak jajaran pimpinan di pusat. Dia beralasan agar mereka juga mengetahui bagaimana kondisi sebelum pandemi dan pada waktu pandemi.
“Di sana tentunya dalam mengusun kebijakan, memperbaiki segala aspek di Bea dan Cukai ini harus melihat kondisi di lapangan. Alhamdulillah dari kunjungan di lapangan itu kami tahu bagaimana kapasitas kapal kami, bagaimana mesinnya yang rusak, bagaimana SDM yang tidak pernah dipindahkan, kemudian bagaimana kondisi sarana prasarana teman-teman yang ada di pelosok-pelosok, perbatasan- perbatasan sampai ke Papua,” kata Askolani.
Hal itu, diutarakan Askolani, kemudian menjadi pengingat melakukan langkah-langkah perbaikan di Pusat. Askolani mengatakan, banyak hal yang didapatkan. Sehingga, ini menjadi salah satu proses perbaikan yang sedang disiapkan.
“Jadi kami mainkan dua tools. Ke lapangan kami dapatkan masukan. Penguatan kepada teman-teman di lapangan yang melakukan penugasan yang sangat konsisten dan tantangan yang sangat banyak, tetapi kemudian dari situ kita melakukan banyak langkah perbaikan di pusat,” ungkap dia.
Askolani menambahkan, pihaknya pada 2021 telah menyusun program reformasi keberlanjutan Bea dan Cukai jangka menengah. Hal itu dilakukan dengan empat pilar.
Pertama, dari sisi integritas dan organisasi, kedua, dari sisi pelayanan, ketiga dari sisi pengawasan, dan keempat dari sisi penerimaan.
“Ini tentunya kami design setelah kami juga mendapatkan masukan dan melihat kondisi di lapangan,” tutupnya. (ibl/msb)