IPOL.ID – Perkembangan dunia digital di Indonesia buat para pengguna mampu memperoleh, menyebarluaskan informasi dan data dengan mudahnya. Namun demikian, pengguna ruang digital harus dapat memilah pilih informasi dengan baik dan benar.
Sebab, hanya dengan satu ketukan jari saja. Berbagai informasi yang diperlukan dapat cepat dicari dengan mudahnya. Dengan menggunakan berbagai platform media massa dan sosial yang kini menjamur di tengah masyarakat.
Anggota Komisi 1 DPR RI, Kresna Dewanata Phrosakh menyatakan bahwa kini kekuatan media massa dan media sosial memiliki kekuatan yang luar biasa dalam memberikan sebuah informasi yang diperlukan.
Di sisi lain, sambungnya, bermedia sosial juga tidak ada batasnya. Namun dalam hal ini, para pengguna harus ingat bahwa ada undang-undang ketika menggunakan informasi-informasi tersebut dengan baik dan tidak melenceng.
“Kita berharap bahwa kita benar-benar melek terhadap dunia digital. Kita benar-benar bisa menilai dan bisa memverifikasi kebenarannya, jangan hanya kita asal lihat saja kemudian share yang mengakibatkan akan jadi berita hoaks,” tutur Kresna dalam Webinar bertajuk “Ngobrol Bareng Legislator : Pilah Pilih Informasi di Ruang Digital” pada Kamis (7/4).
Dalam berselancar di dunia maya, lanjutnya, kepandaian untuk memilah dan memilih informasi sangat diperlukan. Mengingat, begitu menjamurnya berita-berita hoaks di tengah masyarakat.
“Mereka tidak tahu bahwa penyebaran berita hoaks bisa terjerat undang-undang yang menyebabkan masalah bagi mereka. Lalu jangan sampai kita apalagi yang ikut kegiatan ini kurang melek digital. Minimal kita harus bisa memverifikasi berita dari sumber-sumber yang memang akurat,” terangnya.
Dalam pilah pilih informasi itu, juga diperlukan kebijakan para pengguna. Baik untuk kepentingan pribadi ataupun dalam kepentingan bersama.
“Kita tahu bahwa saat ini banyak sekali dalam negara kita yang mempunyai aplikasi atau platform-platform dunia digital dalam mengecek sebuah informasi, baik dari obrolan group atau media sosial lainnya. Sekali lagi kita harus benar-benar mengecek berita, apakah itu benar akurat atau tidak,” katanya.
“Jangan sampai kita ikut-ikutan share berita yang belum jelas kebenarannya. Mungki ini sebagai pemantik dari saya, terima kasih,” tukasnya.
Sementara itu, Digital Head Cyrus Network, Khairul Ikhwan mengungkapkan bahwa informasi yang diterima sangat terkait dengan bagaimana para pengguna mencerna informasi. Informasi yang salah dianggap benar, jadi benar. Itu terjadi di luar kesadaran, apalagi jika dikelilingi orang yang berpendapat sama.
“Jadi ada keinginan untuk recheck, jangan sampai percaya 100%, media pun sering meralat berita. Harus cek kredibilitas news, kalau sumber tidak kredibel, kita harus men-challenge informasi tersebut. Bagaimana jika orang terdekat atau keluarga kita terpapar hoaks? Maka dengerin dulu mereka sampai puas, baru kasih faktanya, realnya gimana kasih tau nanti dengan cara yang baik. Harus mau effort ngasih tau ke keluarga tentang misinformasi yang ada. Bahkan belum tentu mereka mau keluar dari hoaks itu. Kemudian kita rangkul, jangan dimusuhi. Terakhir cari pendampingan pada orang yang kredibel untuk membantu,” tutupnya. (ibl/msb)