IPOL.ID – Literasi digital berperan penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang mampu menggunakan internet untuk mendorong produktivitas dan inovasi, terutama disektor ekonomi digital.
Hal itu dikatakan oleh Anggota Komisi 1 DPR RI, Alimin Abdullah bahwa sektor ekonomi digital berpotensi besar menjadi faktor pendorong ekonomi utama Indonesia di masa pandemi. Ekonomi digital mampu membuat perubahan pada kegiatan ekonomi masyarakat dan bisnis.
Awalnya manual, sambungnya, menjadi serba otomatis. Sehingga, setiap kegiatan sehari-hari dan bisnis bisa dilakukan dengan mudah dan juga cepat.
“Sebelum adanya ekonomi digital, diperlukan biaya juga waktu lebih banyak untuk bisa membangun toko fisik. Tapi sekarang, bisnis-bisnis mulai dijalankan di lapak marketplace gratis atau membuka website toko online saja,” papar wakil rakyat asal Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) dalam Webinar bertajuk “Ngobrol Bareng Legislator : Literasi Digital sebagai Penguatan Ekonomi Masyarakat”, Rabu (6/6).
Alimin menjelaskan, sama halnya dengan proses pembayaran di dalamnya yang turut mengalami perubahan. Jika sebelumnya pembayaran harus dilakukan dengan uang tunai di toko fisik, saat ini telah menggunakan e-wallet.
“Sehingga mempermudah siapa saja dalam melakukan pembayaran online, kapan pun dan dimanapun pelanggan inginkan,” katanya.
Dengan demikian, digital dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam segala aspek bidangnya. Dapat menolong serta memajukan ekonomi masyarakat.
Yusran Isnaini selaku Praktisi Literasi Digital menyatakan bahwa daya saing digital di Indonesia masih rendah. Salah satunya disebabkan oleh rendahnya literasi digital. Kondisi tersebut membuat Indonesia rentan terhadap ancaman penyebaran hoaks, ujaran kebencian, radikalisme, pornografi yang tersebar di dunia maya, cyber bullying dan lain-lain.
“Kurangnya literasi digital menjadikan internet masih dianggap sebagai sekadar sarana komunikasi. Pemanfaatan yang dominan adalah media sosial (87%), hiburan (62%), dan berita atau informasi (70%). Internet belum digunakan sebagai sarana memperluas kesempatan dan meningkatkan ekonomi warga, misalnya memperluas peluang usaha,” paparnya.
Menurutnya, literasi digital diperlukan agar ketersediaan internet dapat dimanfaatkan oleh semua warga, mengakses peluang ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat. Meski jaringan internet tersedia, disadari dia belum memberikan kesempatan sama bagi semua pihak.
“Penguatan literasi digital ini menjadi sangat penting, karena berbanding lurus dengan pemanfaatannya. Terlebih berdasarkan laporan We Are Social berjudul Digital 2021, jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat dari hanya 72,7 juta orang pada 2015 menjadi menjadi 202,6 juta orang 2021. Diketahui menurut data Kemendagri tanggal 30 Desember 2022, jumlah penduduk Indonesia adalah 273.879.750 jiwa,” ulasnya.
Sementara itu, Dirjen Aptika Kemenkominfo, Samuel Abrijani Pangerapan menyatakan bahwa Kementerian Kominfo hadir untuk menjadi garda terdepan dalam memimpin upaya percepatan transformasi digital Indonesia. Dalam hal ini, Kemenkominfo memiliki peran sebagai regulator, fasilitator, dan ekselerator di bidang digital Indonesia.
“Berbagai pelatihan literasi digital yang kami berikan berbasis empat pilar utama, yaitu kecakapan digital, budaya digital, etika digital, dan pemahaman digital. Hingga tahun 2021 tahun program literasi digital ini telah berhasil menjangkau lebih dari 12 juta masyarakat Indonesia,” ungkapnya. (ibl/msb)