Melalui sesmogram, seluruh aktivitas vulkanik gunung beserta fenomena ikutan seperti adanya gempa tremor non harmonik, tremor menerus, tektonik jauh dan vulkanik dangkal tetap terekam.
“Karena sudah open sistem dan ada suplai magma maka erupsi selalu terjadi,” ujarnya.
Pihak PGA Ile Lewotolok melalui Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung pun berencana menurunkan status gunung Ile Lewotolok dari level III (siaga) ke level II (waspada).
Akan tetapi mereka harus melakukan studi dan atau kajian ilmiah dan akademik untuk bisa mengambil keputusan terkait menurunkan status gunung api itu.
Karena masih aktif dan selalu erupsi maka masyarakat kabupaten Lembata khusus dua kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur harus tetap waspada.
PPGA juga memberi sejumlah rekomendasi kepada masyarakat diantaranya ;
1). Dalam Tingkat Aktivitas Level III (Siaga) Masyarakat di sekitar gunung maupun pengunjung/pendaki/wisatawan direkomendasikan agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km dari puncak/kawah. Masyarakat Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya longsoran material lapuk yang dapat disertai oleh awan panas dari bagian tenggara puncak.
2). Mengingat potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya maka masyarakat yang berada disekitar gunung agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
3). Mengingat abu vulkanik hingga saat ini jatuh di beberapa sektor di sekeliling gunung maka masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung agar mewaspadai ancaman lahar terutama disaat musim hujan.