IPOL.ID – Masyarakat awam kerap mengaitkan cuaca panas dengan kehadiran matahari, tetapi meski sang surya telah terbenam, malam hari pun masih terasa gerah. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjawab pertanyaan yang berada di benak banyak orang akhir-akhir ini.
Disadur dari siaran YouTube BMKG, cuaca panas merupakan kombinasi dari perubahan suhu, kelembaban, dan angin. Semakin tinggi kelembaban, maka udara semakin jenuh oleh uap air pula.
Sementara itu, tingkat kelembaban lebih tinggi pada malam hari. Kelembaban itu tercermin dari kabut dan embun di rumput.
“Tingkat kelembaban lebih tinggi karena udara yang lebih dingin pada malam hari tidak dapat menampung uap air sebanyak udara hangat,” terang BMKG.
“Udara yang lebih dingin lebih mudah jenuh dan ketika udara tidak dapat lagi menampung uap air, maka uap air akan berkumpul di permukaan bumi dalam bentuk embun,” lanjutnya.
Udara yang penuh oleh uap air lantas menghambat penguapan panas dari pori-pori kulit. Cuaca malam juga terasa lebih panas sebab radiasi gelombang panjang dari bumi.