Bahkan yang membuat aneh dan janggal atas penetapan RT itu tetap diputuskan pada hari itu. Mereka hanya ada 16 orang saja. Jadi yang dia dan warga Tower Akasia harapkan tidak terealisasi.
Keputusan penetapan RT pun, menurutnya, tidak mencapai 2/3 suara, dari 66 orang, yang hadir hanya 18 orang. Harusnya kan 44 warga. “Jadi tidak kuorum, belum terpenuhi keputusan itu, berarti bukan musyawarah namanya. Hari itu langsung ditetapkan saja ketua RT, jika tidak terealisasi kan harusnya ditunda diinfokan ke warga, ini main diputuskan sah saja, kok bisa?,” tanya dia penuh keanehan dan kejanggalan atas penetapan ketua RT di Tower Akasia itu.
Sebelumnya, ada 2 calon ketua RT di Tower Akasia, kemudian oleh panitia kedua calon itu diduga digugurkan. Maka dimunculkan calon tunggal ketua RT yang ditetapkan sekarang ini. “Alasannya ada perubahan data, saya pikir sama saja, toh pemilihan calon ketua RT itu kan voting,” tegasnya.
Jadi tindakan selanjutnya, warga akan membuat petisi, ada penolakan puluhan warga terhadap ketidaktransparan penetapan RT yang baru di Tower Akasia ini. Ada info, domisili penetapan ketua RT baru ini adalah orang Kerawang, Jawa Barat. Sosoknya pun warga tidak kenal.