“Awalnya, kami menduga itu detak jantung janin, tapi ternyata salah setelah dicek di laboratorium. Namanya juga, petugas jaga masih manusia biasa,” ungkapnya.
Rizal mengaku tak langsung melakukan proses persalinan. Sebab, pasien tidak dikategorikan dalam keadaan darurat. Pasien masih dinilai normal, meski janin sudah tidak bernyawa. Sehingga, dokter memberikan obat dan menunggu persalinan normal, karena dinilai lebih aman untuk pasien daripada operasi sesar.
“Saat masuk ke puskesmas, tekanan darah 159/100. Kemudian pasien dirujuk ke RSUD Sultan Daeng Raja. Sampai di RS, dokter periksa dan tensi di bawah 140/80. Semua itu normal, bukan emergency,” ungkapnya.
Dokter menduga, janin meninggal di dalam kandungan sudah lebih dari 48 jam. Hal itu lantaran melihat kondisi tubuh bayi yang membusuk. Diduga, bayi meninggal saat sang ibu pulang dari perjalanan di Kabupaten Sinjai atau ketika masuk puskesmas.
“Sempat periksa di Sinjai. Tapi, pulangnya pasien naik motor. Diduga di situlah terjadi kecelakaan pada janin dalam perut,” jelas dia.