“Yang penting lagi sosok Ketua Umum PB PGSI ke depan itu harus mau mendengarkan suara-suara para pelaku gulat di daerah seperti kami-kami ini.Jangan hanya mendengar bisikan dari pengurus yang lebih banyak sifatnya asal bapak senang (ABS).
Rafal juga mengingatkan Ketua Umum PB PGSI mendatang harus menempatkan orang-orang yang benar-benar pelaku dan mengerti gulat dalam Kepengurusannya.
Apa yang disoroti Rafal benar adanya. Ada posisi strategis dalam kepengurusan PGSI pimpinan Trimedya Panjaitan ini dipegang oleh mereka yang buta sama sekali tentang gulat.Contoh, posisi Binpres yang dipegang oleh Gusti Randa yang nota bene kering tingkat pengetahuannya tentang gulat.
Padahal Binpres itu “dapur”nya pembinaan suatu cabor prestasi. Jika tidak ditangani oleh akhlinya maka bersiaplah menghadapi kehancuran.
Pembina gulat dari Kaltim Benyamin juga berpandangan serupa.
Belum adanya prestasi yang membanggakan itu menurut Benyamin, karena kesalahannya pengurus yang tidak mengerti dengan pergulatan.
“Ketidakberhasilan memenuhi target medali emas di SEA Games ke-31 Hanoi Vietnam itu ya karena kita buta kekuatan lawan akibat gulat tidak dikirim ke SEA Games sebelumnya di Filipina. Jadi jangan menyalakan atlet, mereka sudah berjuang di lapangan,” kata Benyamin yang mantan pelatih tim Gulat Asian Games 2018 ini.