IPOL.ID-Dwi Putri Marlinawati (16) adalah siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) wilayah Jakarta Selatan sekaligus peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) segmen Pekerja Penerima Upah (PPU) kelas 1 mengikuti status peserta orang tuanya.
Sebagai peserta JKN-KIS, Dwi sapaan akrab remaja satu ini mengaku sudah pernah memanfaatkan program tersebut untuk berobat biasa bahkan untuk operasi usus buntu.
Sebagai informasi, penyakit usus buntu atau apendisitis adalah peradangan pada usus buntu, yaitu sebuah kantong berbentuk jari yang menonjol dari usus besar yang letaknya ada di sisi kanan bawah perut.
Meskipun penyakit usus buntu bisa terjadi pada siapa saja, tetapi kelompok orang yang berusia di antara 10 dan 30 tahun berisiko lebih tinggi mengalami penyakit tersebut.
“Pengalaman menggunakan BPJS Kesehatan yang paling saya ingat adalah ketika 2 tahun lalu jatuh sakit karena usus buntu, waktu itu ga ada gejala apapun yang saya rasakan, tiba-tiba saja perut sebelah kanan saya terasa agak nyeri. Awalnya masih berpikir mungkin karena kebanyakan makan karena memang saya terbilang cukup sering makan dan nyemil setiap harinya apalagi junk food, tapi semakin lama rasa nyerinya bertambah dan jadi sangat menyiksa,” ungkap Dwi, Selasa (08/03).
Tak lama setelah itu Dwi mengatakan ia langsung dilarikan ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat karena kondisinya yang semakin parah dan membuatnya hanya bisa terbaring kesakitan.
Setibanya di rumah sakit dirinya langsung mendapatkan penanganan pertama untuk menstabilkan kondisi tubuhnya yang kemudian dilakukan pengecekan darah untuk mengetahui penyebab dari sakit perut tersebut. Sebelum melakukan semua tindakan tersebut Dwi mengatakan orang tuanya memastikan dirinya dilayani sebagai peserta Program JKN-KIS.
“Hasil pemeriksaan darah dan diagnosa dokter menunjukan kalau saya terkena penyakit usus buntu dan harus dioperasi berdasarkan arahan dokter, karena mau sembuh saya ikuti arahan tersebut. Alhamdulillah operasinya berjalan lancar, kemudian saya dirawat selama 5 hari untuk pemulihan, meski menggunakan BPJS Kesehatan saya merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh dokter dan perawat, semuanya terasa maksimal, ditambah lagi kamar rawat yang bersih serta dapat makanan dan obat rutin setiap hari sampai saya sembuh,” tutur Dwi.
Dengan terdaftar menjadi peserta JKN-KIS, Dwi bersyukur karena setiap kali keluarganya membutuhkan pertolongan layanan kesehatan. BPJS Kesehatan dengan program baik tersebut selalu hadir menemani masa sulit mereka, termasuk saat operasi usus buntunya, karena dengan bekal status kepesertaan JKN-KIS aktif, keluarga Dwi terbebas dari biaya operasi jutaan rupiah. (DT/dv)