IPOL.ID – Holding BUMN Farmasi, yakni gabungan Bio Farma, Kimia Farma dan Indofarma menunjukan kinerja yang memuaskan sepanjang tahun 2021, dengan mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 43,44 triliun.
Pencapaian ini, meningkat sebanyak tiga digit, atau sebesar 203,16% jika dibandingkan dengan kinerja tahun 2020, yang mencapai Rp 14,32 triliun.
Laba usaha tahun 2021 meningkat sebesar 668,1% dibandingkan tahun 2020 atau mencetak laba bersih Rp 1,93 triliun.
Sejak dibentuk pada 2020, Holding BUMN Farmasi membawa misi untuk mewujudkan ketahanan kesehatan nasional di Indonesia, dengan mengintegrasikan seluruh kompetensi yang dimiliki, memadukan seluruh talenta dan kemampuan untuk berinovasi serta mempersiapkan program-program transformasi sebagai roadmap bagi pengembangan BUMN Farmasi menjadi Leading Life Science Company kelas dunia.
BUMN Farmasi sejak awal pandemic Covid 19 juga telah berperan sebagai garda terdepan dalam mencegah dan menanggulangi pandemi dengan menyediakan, mengembangkan, memproduksi dan mendistribusikan vaksin COVID-19 keseluruh pelosok negeri, sehingga tujuan pembentukan kekebalan kelompok (herd immunity) bisa tercapai.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, kinerja yang meningkat signifikan ini salah satunya merupakan kontribusi dari keberhasilan Bio Farma dalam melaksanakan penugasan untuk penyediaan dan pendistribusian vaksin Covid-19, serta didukung dari penjualan layanan regular Bio Farma berupa vaksin dan serum untuk pasar domestik maupun pasar internasional.
Honesti menambahkan bahwa vaksin merupakan game changer, untuk membantu bangsa Indonesia keluar dari permasalahan pandemi Covid-19. Bio
Farma sebagai induk Holding BUMN Farmasi, mendapatkan penugasan vital dan strategis dari pemerintah untuk dapat memastikan distribusi 400 juta dosis vaksin Covid-19 dengan tetap mempertahankan kualitas berstandar tertinggi dari WHO.
Kiprah Bio Farma dan anak usahanya dalam perang ini merupakan bentuk komitmen dari BUMN Farmasi untuk menjalankan peran strategis dalam menjaga stabilitas penyediaan dan distribusi vaksin secara nasional.
Selain vaksin dan serum, penjualan holding BUMN Farmasi pun ditopang dari penjualan anak usaha, PT Kimia Farma pada sektor manufaktur dan Indofarma yang berasal peningkatan nilai penjualan dari segmen produk obat dan pengadaan vaksin Covid-19.
“Kinerja Bio Farma sebagai induk, dikontribusi dari sektor pemerintah melalui penugasan penyediaan vaksin Covid-19, sebesar Rp 26,81 triliun, disusul dengan sektor ekspor yang cukup signifikan mencapai Rp 1,47 triliun, meningkat sebesar 47,58% jika dibandingkan tahun 2020, serta pendistribusian vaksin Covid-19 hibah sebesar Rp 388,83 miliar,” ungkap Honesti.
Sementara itu, Kimia Farma (KAEF) sebagai anggota Holding BUMN Farmasi, memberikan kontribusi sebesar 29,6% dari total pendapatan bersih, atau mencapai Rp 12,85 triliun.
Penjualan Kimia Farma didominasi oleh peningkatan pada segmen manufaktur yang tumbuh hingga 246,75%, dan segmen ritel yang tumbuh 19,12% dari tahun sebelumnya.
Indofarma (INAF) memberikan kontribusi sebesar 6,68% atau mencapai Rp 2,9 triliun, atau meningkat sebesar 69,15%. Pencapaian tersebut berasal dari peningkatan nilai penjualan dari segmen produk Obat sebesar Rp2,1 triliun, naik Rp1,234 triliun atau 142,52% dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp 865,86 miliar. Dimana pengadaan vaksin Covid-19 memberikan kontribusi penjualan bersih sebesar Rp 924,76 miliar.
Kinerja Holding BUMN Farmasi yang menggembirakan di tahun 2021 tersebut diharapkan akan berlanjut di tahun 2022, dimana Holding BUMN Farmasi sedang bertransformasi ke industri healthcare dan digitalisasi layanan kesehatan. (sol)