Dalam pengalaman kepemimpinan sesama sipil dua periode belakangan ini terbukti mengakibatkan politik bangsa Indonesja menjadi sangat gaduh. Seolah-olah semua orang boleh bicara apa saja, sangat egaliter, yang berakibat polarisasi masyarakat semakin menganga.
“Padahal para elite kubu yang bersaing sudah saling berangkulan, tetapi di akar rumput masih berbau nyinyir. Mengapa tidak sesama militer? Karena masyarakat kita sudah berada pada tingkat yang tidak mudah didikte. Sesama militer dikhawatirkan akan menciptakan ketaatan dan ketertiban semu yang totaliter doktriner,” tukasnya.
Dimas menambahkan, berdasarkan hasil Google Trends tahun 2022 mengenai kandidat militer yang berpeluang maju dalam Capres 2024, ditemukan tren perkembangan berita selama kurun waktu satu tahun. Dapat disimpulkan bahwa militer-sipil merupakan pilihan paling rasional dalam logika sparing partner pasangan bakal capres.
“Maka tinggal menyimak dari sekarang tokoh militer yang paling layak untuk disandingkan dengan tokoh sipil yang sudah mulai muncul (atau dimunculkan),” katanya lagi.